Rabu, 13 April 2022

Shiyamu: Belajar dari Tuan Pavlov

SHIYAMU: BELAJAR DARI TUAN PAVLOV

Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

 

Tuan Pavlov seorang ilmuwan dengan nama lengkap Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Pavlov adalah seorang dokter dan fisiolog berkebangsaan Kekaisaran Rusia, Uni Sovyet. Nama Pavlov semakin besar dengan teori classical conditioning.

Teori pengkondisian klasikal (classical conditioning theory) termasuk kelompok teori behaviorisme. Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan dengan proses mental.

 

Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat dilihat secara langsung. Penelitian Pavlov menggunakan anjing, pada awalnya perilaku anjing diobservasi tanpa kesenggajaan di rumah sakit Rusia.

 

Saat itu Pavlov mengamati perilaku anjing-anjing datang dan berkumpul dengan tertip di sekitar tempat pembuangan sementara sisa-sisa makanan pasien rumah sakit.

 

Pavlov terinspirasi dengan perilaku anjing-anjing yang berkumpul pada waktu-waktu tertentu saja. Kemudian Pavlov merancang penelitaian menggunkan anjing sebagai objek  eksperimen.

 

Pavlov mengamati perilaku anjing (binatang) melihat makan, reaksi refleknya mengeluarkan air liur (reflek fisik). Saat tidak ada makanan air liur anjing (binatang) tetap keluar (reflek psikis).

 

Berdasarkan kondisi tersebut saat itu Pavlov mengajukan pertanyaan sederhana di awal eksperimennya. Apakah kita bisa merubah perilaku?

 

Kemudian Pavlov melakukan eksperimen yang cukup lama. Pada awal eksperimen anjing diperdengarkan bunyi bel, anjing tidak bereaksi dan juga tidak mengeluarkan air liur (tidak ada reflek fisik dan reflek psikis).

 

Kemudian anjing disuguhi makanan (daging). Anjing tuan Pavlov lansung memberikan reaksi dengan mengeluarkan air liur (alami). Pada saat itu berarti terjadi respon alami terutama reflek fisik.

 

Lalu Tuan Pavlov merancang eksperimen pada anjingnya dengan mengkombinasikan bunyi bel dan pemberian makanan. Bunyi bel (tidak alami), pemberian makanan (alami), kedua stimulus yang berbeda ini diberikan dalam waktu yang berdekatan.

 

Pada waktu pemberian makanan, Pavlov mengawali dengan bunyi bel, anjing tidak bereaksi sama sekali, baru setelah dimunculkan makanan muncul reflek fisik. Hal seperti ini diulanggi Pavlov berkali-kali, sampai 32 kali pengulangan.

 

Setiap pengulangan Tuan Pavlov memberikan catatan yang lengkap tahap demi tahapnya. Sampai 12 kali pengulangan baru terjadi gejala-gejala perilaku anjing mulai berubah, pengamatan Tuan Pavlov saat mendengar bunyi bel saja anjing sudah mulai merespon dengan mengeluarkan air liur walalupun intensitasnya masih sedikit.

 

Tuan Pavlov melanjutkan eksperimen sampai 32 kali pengulangan. Menakjubkan bunyi bel saja yang diperdengarkan pada anjing, tanpa memberikan makanan (daging). Anjing sudah mengeluarkan reaksi keluarnya air liur persis sama dengan kondisi alami diawal saat anjing diberi makanan (daging).

 

Kesimpulan diperoleh Tuan Pavlov dari pertanyaan eksperimennya di awal. Apakah kita bisa merubah perilaku? Jawabanya: “Perilaku Bisa Kita Rubah”. Teori pengkondisian klasikal tuan Pavlov ini banyak diaplikasikan di  lembaga pendidikan dan didunia pendidikan.

 

Kemabali pada shaumu, ramadhan sebagai bulan pendidikan (syahrul tarbiyah) perlu kita belajar banyak pada teori Tuan Pavlov. Miris setiap kali ramadhan berlalu, selama 30 hari nafsani kita dilatih. Setelah 30 hari berlalu begitu saja kasat mata tidak terjadi perubahan perilaku signifikan, tidak terjadi perubahan dari perilaku muslim ke perilaku taqwa.

 

Tidak terjadi perubahan perilaku dari ketidak shalehan berubah menjadi keshalehan perilaku, dari tidak taat menjadi taat, dari tidak berjemaah menjadi berjemaah.

 

Tidak berubah dari pembohong menjadi jujur, tidak berubah dari penganiaya menjadi penolong, tidak berubah dari ria menjadi ikhlas.

 

Tidak berubah dari perilaku sobong, tidak berubah dari perilaku yan tidak memaafkan menjadi menjadi hamba Allah SWT yang bersifat pemaaf. Tidak berubah dari hamba yang menzalimi menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa berbuat ikhsan.

 

Tidak berubah dari berpakaian tidak Islami, membuka aurat menjadi berpakaian Islami sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, serta selalu berpakaian tidak menutupi aurat.

 

Sangat disayangkan 30 hari kita ditempa dan dibina Allah SWT dalam tarbiyatul ramadhan berlalu sia-sia, kecenderunagn selama ini sama setiap kali ramadhan berlalu, berlalu tanpa berbekas dengan tidak terjadi perubahan perilaku pada.

 

Apabila ini benar-benar terjadi pada diri disetiap ramadahan berlalu, berlalu tanpa bekas, berlalu tanpa terjadi perubahan keshalehan perilaku yang signifikan. Jadilah diri yang selalu merugi (Baca Qs. Al-‘ashr [103] 1-3). Ingat diri tidak hanya sebatas merugi, bahkan menjadi lebih rendah dari anjing eksperimennya Tuan Pavlov.

 

Maka renungkanlah ayat berikut: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai Qs. al-A‘raf [7] 179.

 

Maka berikhtiarlah di ramadhan tahun ini, agar shiyamu ramadhan kita membekas pada diri, hati, dan jiwa. Semoga terjadi perubahan perilaku dari perilaku yang tidak shaleh menjadi perilaku shaleh.

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Allah, sungguh aku berlindung padaMu dari sesuatu yang aku tidak tahu hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun serta tidak menaruh belas kasihan padaku, niscaya aku termasuk orangorang yang merugi🤲 (Qs. Hud [11] 47)*

 

Kampus 2 UAD

Tanggal 12 Ramadhan 1443 H/ 13 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar