Senin, 18 April 2022

Diri yang Berjemaah (1)

DIRI YANG BERJEMAAH (1)

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

Tulisan hari ini saya awali dari satu pengalaman berjemaah  bersama teman-teman dan kolega. Hampir setiap kali ada kesempatan bersama, pada waktu-waktu shalat tiba  mesti kami saling mengajak, dengan ungkapan; “Yo ke masjid shalat berjemaah dulu”.

 

Ajakan kemasjid shalat berjemaah ini kadang direspon dengan baik, akhirnya kita bersama-sama shalat berjemaah di masjid diawal waktu. Kadang direspon dengan ungkapan; “Ini masih ada pekerjaan, nanti kalau sudah selesai saya akan shalat”.

 

Pada kesempatan yang lain pernah juga ajakan shalat berjemaah  direspon dengan “Ya silahkan shalatlah duluan, nanti saya shalat disini saja”.

 

Pernah juga dalam satu perjalanan luar kota, beberapa menit menjelang waktu masuk, mari kita berhenti dulu di masjid terdekat, biar bisa syalat berjemaah. “Ya nanti saja ditempat tujuan, mesti tempat tujuan masih satu jam perjalan lagi.

 

Bahkan pada lain kesempat lain kita lebih memilih makan duluan shalat nanti saja, waktu nya masih panjang. Bahkan ada yang lebih egois diri yang berjemaah, “lebih baik teringat shalat dalam makan dari teringat makan dalam shalat”. Begitulah realita diri yang belum dapat berjemaah.

 

Mananggapi realita diri di atas, muhassabah sore menjelang berbuka ini puasa hari ke tujuh belasa “Mengapa diri mesti berjemaah?”

 

Hasil muhassabah singkat menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan keyakinan diri yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua dari nafsani psikologis.

 

Pertama bersasarkan keyakinan diri diri yang berjemaah merupakan  kemenangan terbesar pada diri menundukkan kekuatan dan ego diri yang beragam rupanya seperti di atas tadi. Renungkanlah ayat berikut:

 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar Qs. al-Ahzab [33] 70-71.

 

Pokok dari satu perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat (HSR Tirmidzi).

 

Barang siapa yang mendengar adzan, lalu dia tidan mendatanggi masjid (berjemaah) maka tidak ada shalat baginya (HSR Ibnu Majah).

 

Berikut hadits yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Hiban dalam syahihnya, menjelaskan; Rasulullah SAW berkeinginan membakar rumah-rumah muslim (laki-laki) yang tidak berjemaah syalat dimasjid-masjid.

 

Menjadi diri yang berjemaah, malaikat akan mencatat setiap langkah kakinya menuju masjid, bahkan para malaikan saling berebutan mencatatnya.

 

Berjalan menuju shalat berjemaah akan mendapatkan jaminan kehidupan yang baik dan kematian yang baik, mendapatkan jaminan dihapuskan dosa-dosa.

 

Begitulah dasyatnya keutamaan syalat berjemaah dalam diri seorang muslim. Marilah kita tuntun diri untuk selalu menjadi diri yang berjemaah (Bersambung).*

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Allah,  hadirkan kekuatan diri, hati, dan jiwa untuk selalu bisa berjemaah di masjid-masjid-Mu🤲*

 

 

 

Kampoeng Pilahan Kotagede Jogja

Tanggal 17 Ramadhan 1443 H/ 18 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar