Jumat, 08 April 2022

Keyakinan Diri dalam Saumu Ramadhan

KEYAKINAN DIRI DALAM SAUMU RAMADHAN

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

 

Banyak kegagalan yang dialami seseorang disebabkan oleh lemahnya keyakinan pada dirinya. Keyakinan diri dalam kajian psikologi disebutkan dengan self-efficacy, sedangkan dalam literasi psikologi tasauf/ Islam dekat dengan istilah ikhtiar al-haq (kesungguhan  dalam keyakinan diri). Penjelasan tentang keyakinan diri ada pada beberapa ayat al-Qur’an kutipan artinya sebagai berikut:

 

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan (ikhtiar), dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan (ikhtiar), dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu Qs. an-Nisa [4] 32.

 

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia Qs. ar-Ra’d [13] 11.

 

Dari dua ayat di atas Allah SWT dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap manusia akan memperoleh kesempatan yang sama menjadi baik dan mulia melalui ikhtiar dirinya dalam keyakinan. 

 

Ikhtiar diri dalam keyakinan atau keyakinan diri merupakan  ikhtiar al-haq yang dilakukan nafsani akan membangunkan keshalehan perilaku. Keyakinan diri akan membantu nafsani menetapkan pilihan keshalehan atau pilihan keingkaran.

 

Saumu ramadhan sebagai bahagian diri pembentukan keshalehan perilaku, spesifik perilaku taqwa. Saumu ramadhan tentu akan menjadi pihan utama bagi nafsani yang memiliki keyakinan diri yang kuat menggunakan kesempatan ini benar-benar menjadi taqwa (berikhtiar sunggug-sungguh menjadi pribadi yang muttaqien).

 

Keyakinan diri yang kuat sampai membentuk diri/ nafsani berkepribadian muttaqien. Keyakinan diri yang sampai membentuk kepribadian muttaqien, semua bersumber hati dan jiwa yang telah memperoleh cahaya iman (cahaya Ilahi). Kekuatan keyakinan diri seperti inilah yang membentuk keyakinan diri dalam saumu ramadhan dan bahkan dalam ber-Islam kaffah*.

 

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka (Qs. alBaqarah [2] 201)🤲*

 

 

 

Kampus 2 UAD

Tanggal 07 Ramadhan 1443 H/ 08 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar