Senin, 25 April 2022

Diri yang Terbelenggu

DIRI YANG TERBELENGGU

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

Terbelenggu mungkin ini salah satu ungkapan yang tepat untuk satu peristiwa, saat nafsani tidak berkuasa mengerakkan dirinya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

 

Ada kisah menarik bersama teman-teman I’tikaf di satu masjid. I’tikaf di masjid tersebut dilaksanakan secara mandiri, artinya setiap diri diberikan kebebasan menyiapkan diri melakukan seluruh rangkaian ibadah I’tikaf sendiri.

 

Sebahagian besar jemaah I’tikaf setelah shalat tarawih dan shalat witir, mereka membaca al-Qur’an beberapa lembar dan ada yang sampai  beberapa juz al-Qur’an.

 

Setelah itu Sebahagian besar jemaah mempersiapakan diri untuk istirahat malam (tidur) lebih awal, dengan harapan agar bisa terbangun ditengah malam untuk melanjutkan ibadah.

 

Agar bisa terbangun tengah malam secara mandiri Sebahagian jemaah memanfaatkan alat bantu berupa alaram dari hand phone (HP) dan smartphone/ mobile phone masing-masing.

 

Alaram diprogram (stel) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan nafsani. Penetapan kapan alaram berbunyi, tentu telah disesuaikan dengan kesepakan dengan diri.

 

Sebahagian jemaah tidak menggunakan alat bantu HP dan alat bantu lainnya, mereka memanfaatkan teman jemaah yang bangun lebih awal. Mereka minta bantuan untuk dibangunkan apabila ada yang bangun lebih awal.

 

Sebahagian jemaah yang bangun, terjaga lebih awal mereka hamba-hamba Allah SWT yang luar biasa terjaga dengan alaram alami yang telah Allah SWT rekayasa sedemikian rupa.

 

Diantara mereka terbangun disebabkan timbul rasa kebutuhan membuang hajat kekamar kecil (rasa kebelet pipis), hal ini mungkin sama-sama pernah kita alami, saat melihat kearah jam dinding yang tergantung, bisa juga jam tangan, jam yang pada HP.

 

Pas terbangun dan beberapa saat kemudian melihat jam waktunya sesuai dengan sepertiga malam yang direncanakan. Atau ada juga terbangun ditengah malam melalui mimpi-mimpi indah yang Allah SWT persiapkan agar diri dapat terbangun dan bermunajat kepada-Nya.

 

Pada sisi yang lain juga banyak diri yang terbelenggu, nafsaninya tidak kuasa menundukkan dirinya agar terbangun sesuai kesepakan nafsani dengan diri sebelumnya.

 

Alaram dari HP dan smartphone/ mobile phone kadang telah berbunyi berulang-ulang kali tetap saja diantara nafsani tersebut dirinya tidak terbangun dari tidur, pada hal alat bantu yang digunakan persis berada disisi telingganya.

 

Ada juga yang terbangun dan mematikan alaramnya, setelah itu kembali tidur bersamaan dengan berakhirnya bunyi alaram tersebut.

 

Ada juga yang terbangun melalui alaram alami yang telah Allah SWT stel pada dirinya. Bersyukurlah Allah SWT sedang mempersiapkan diri ini akan dibahagiakan dalam kehidupan dunia dan akhirat kelak.

 

Sangat disayangkan ada juga yang terbangun dengan alaram alami Allah SWT pengusa diri dan alam semesta. Setelah membuang hajat dikamar kecil, kemudian dengan kelemahan diri, seolah tidak ada daya kembali kepembaringan tertidur lagi dan terkapar.

 

Begitulah realita diri yang terbelenggu, terbelenggu dan akan selalu terbelenggu apabila diri masih memilih kenikmatan sesaat, renungkanlah ayat berikut:

 

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik Qs. al-Hasyr [59] 19.

 

Mari kita perkuat diri, lahirkan pikiran-pikiran yang sehat, hadirkan hati yang bersih serta jiwa yang suci dalam menerima kebenaran ilahi dalam berkeyakinan (iman) yang dalam pada diri, memperoleh kesempurnaan tauhid melepaskan diri yang masih terbelenggu untuk dipersiapkan agar memperoleh kenikmatan yang sempurna baik baik didunia, maupun di akhirat kelak.

 

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka Qs. Al-Baqarah [2] 201.*

 

Kampoeng Santri Kotagede Jogjakarta

Tanggal 24 Ramadhan 1443 H/ 25 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar