Minggu, 24 April 2022

Diri yang Dilapangkan

DIRI YANG DILAPANGKAN

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

Kemaren malam saya menerima satu pesan whatsapp (WA) dari seorang murid, dulu pernah belajar dikelas pembelajaran yang saya ampu. Ananda ikut berkeluh kesah dengan situasi sulitnya ekonomi saat ini.

 

Jangankan untuk membelikan baju kepada anak-anak yang akan merayakan lebaran idul fitri, untuk biaya hidup sehari-hari saja luar biasa berat dan menyesakkan dada.

 

Harga minyak goreng meroket tinggi mencapai 100 persen sebelum ramadhan. Bahan bakar minyak (BBM) yang menguasai hajat hidup masyarakat juga naik lebih dari 33 persen (pertamax).

 

Setelah dua bahan kebutuhan hidup di atas melambung, maka diiringgi juga dengan melonjaknya harga sembilan bahan pokok (sembako) di pasaran (pasar-pasar). Satu persatu harga sembako bahan makanan yang paling dibutuhkan masyarakat naik pelan dan pasti ketitik harga yang lebih tinggi.

 

Masyarakat dan umat juga berkeluh kesah dengan sulitnya lapangan pekerjaan dinegeri yang subur dan makmur ini. Kesuburan dan kemakmuran negeri ini seolah hanya dimiliki segelintir manusia penguasa dan oligarkinya.

 

Saat ini terasa sudah dangkal sekali rasa kemanusiaan dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia. Sebahagian besar para pemimpin dan penguasa tidak lagi merasakan kesulitan-kesulitan hidup yang menerpa kehidupan rakyat dan umat Islam khususnya.

 

Semua kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang diputuskan dan dijalankan semua direkayasa untuk kepentingan diri dan oligarkinya. Begitulah situasi sulit himpitan ekonomi bagaikan gelombang sunami yang dasyat menerjang kehidupan umat di ramadhan tahun ini.

 

Pada penghujung pesan WA ananda berkeluh. Pada situasi sulit ini kemanakah kami akan mengadu?  

 

Pertanyaan ini benar-benar membuat hati saya luluh. Apalagi seketika saya menghitung diri dan membayangkan jumlah umat Islam yang senasib sama dengan ananda.

 

Kehidupan yang pas-pasan, tidak memiliki pekerjaan tetap, saat pandemik C19 tempo hari kehilangan pekerjaan atau di PHK dan masih tingginya angka pengangguran di negeri yang subur bernama Indonesia. Semua mereka tentu akan merasakan rasa yang sama kesulitan hidup yang sama saat ini.

 

Ananda maafkan Bapak, Bapak tidak banyak bisa membantu. Umat maafkan saya, Saya tidak bisa membantu selain doa-doa terbaik agar kita bisa keluar dari kesulitan ekonomi saat ini.

 

Bersama mari kita berikhtiar pada malam-malam lailatul qadr, mengadukan semua rasa sulit ini, memohon dan meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT penguasa alam semesta.

 

Firman Allah SWT, artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan Qs. alFatihah [1] 5.

 

Maka hadirkanlah semangat al-fatihah ini pada diri, diri yang dilapangkan. Lahirkan kepatuhan dan ketundukkan diri yang ditimbulkan oleh perasaan kebesaran Allah SWT.

 

Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah, diri yang dilapangkan berkeyakinan bahwa Allah SWT mempunyai cara-cara terbaik menuntun hamba-Nya yang  berikhtiar keluar dari kesulitan, sebab kekuasaan Allah SWT mutlak terhadap kehidupan ini.

 

Diri yang dilapangkan hanya berharap kepada Allah SWT untuk dapat menyelesaikan suatu kesulitan (permasalan) apapun yang tidak sanggup ditanggung diri sendiri.

 

Diri yang dilapangkan akan senantiasa berdoa dengan doa-doa nabi Musa AS berikut:

 

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku🤲 (Qs. Thaha [20] 25-28).*

 

 

Kampoeng Pilahan Kotagede Jogjakarta

Tanggal 23 Ramadhan 1443 H/ 24 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar