Jumat, 22 April 2022

Diri yang Ber-Ikhtiar

DIRI YANG BER IKHTIAR

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

Malam dua puluh satu kemaren sangat mengembirakan.  Dibeberapa masjid yang telah mempersiapkan tempat I’tikaf bagi umat Islam yang berikhtiar mengikuti I’tikaf. I’tikaf kali ini terasa berbeda setelah dua tahun masjid-masjid pada tutup karena mematuhi peraturan pencegahan pandemi C19.

 

Semangat diri yang berikhtiar dalam beri’tikaf perlu ditingkatkan, sebab masih banyak diri yang belum mengambil bagian terbaik beribadah di sepuluh malam terakhir ramadhan dan juga semangat memperoleh malam lailatul qadar.

 

Beribadah dimalam lailatul qadar pahalanya dilipat gandakan melebihi beribadah selama seribu bulan. Ini keutamaan dan kelebihan beribadah dengan diri yang ber-I’tiqah di malam-malam terakhir ramadhan. Ayat berikut mari kita renungkan:

 

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar Qs. al-Qadr [97] 1-5.

 

Setiap diri harus berani mengambil kesempatan ini dengan diri yang berikhtiar pada malam kemuliaan. Diri yang berikhtiar akan memanfaatkan seluruh kekuatan diri, akal, hati, dan jiwanya yang disinari cahaya keimanan meraih kemuliaan diri di sepuluh malam terakhir ramadhan tahun ini.

 

Menunggu ramadhan tahun depan mungkin akan sia-sia, sebab tidak ada yang dapat menjamin usia dan kehidupan diri didunia masih berjalan. Jangan diri ini sudah tinggal tulang belulang dan nama yang dibubuhi didepannya  dengan almarhum dan/ atau almarhumah.

 

Maka mulailah berikhtiar, diri yang berikhtiar dengan kesempurnaan ramadhan di sepuluh hari terakhir ramadhan secara sempurna. Sempurna berada dan berdiam diri untuk beribadah karena Allah SWT di masjid-masjid.

 

Diri yang berikhtiar melaksanakan shiyamu dan qiyamu ramadhan di masjid-masjid terdekat dari tempat tinggal, atau masjid-masjid jami’ yang menyelenggarakan I’tikaf bersama.

 

Apa bila tidak bisa totalitas dari sisi waktu 10 x 24 jam setiap harinya, diri yang berikhtiar masih dapat memilih ber-I’tikaf sempurna (totalitas) dalam waktu 10 x 12 jam perharinya, dimulai dari terbenamnya matahiri diwaktu berbuka sampai terbitnya fajar dikala waktu subuh.

 

Mungkin diri masih merasa berkesulitan, waktunya masih dapat ditoleransi menjadi 10 x 6 jam perhari, dengan memilih waktu-waktu tengah malam sampai terbit fajar diwaktu subuh menjadikan diri berikhtiar disepuluh hari terakhir malam ramadhan.

 

Diri yang belum bisa berikhtiar dalam I’tikaf sempurna dalam sepuluh hari, asalkan ada niat yang kuat pada diri masih dapat memilih diri yang berikhtiar pada lima malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir ramadhan.

 

Apa bila masih belum bisa dan ada waktu hanya dalam waktu 4 jam atau hanya 2 jam saja setiap hari untuk beri’tikaf. Bahkan mungkin juga belum dapat menterjadikan diri berikhtiar dalam satu hari saja dalam sepuluh malam terakhir ramadhan. Pantaslah Allah SWT memantaskan kita menjadi orang-orang merugi.

 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran Qs. al-‘ashr [103] 1-3.

 

Mungkin ayat berikut, 31 kali Allah SWT ulanggi dalam Qs. ar-Rahman [55], mampu menyadarkan diri, menjadi diri yang berikhtiar dalam I’tikaf di sepuluh malam-malam terakhir ramadhan, berikut:

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

 

Diri yang berikhtiar merupakan bentuk kesungguhan hati dan jiwa dalam berperilaku shaleh mengisi sepuluh terakhit ramadhan sampai pada derajat taqwa. Taqwa merupakan derajat tertinggi manusia, dengan balasanya Surga.*

 

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Tuhan kami Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencinta orang yang meminta maaf. Karenan itu maafkanlah kami ya Kariim🤲*

 

 

Kampus 2 UAD Yogyakarta

Tanggal 21 Ramadhan 1443 H/ 22 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar