Selasa, 26 April 2022

Diri yang Ikhlash

DIRI YANG IKHLASH

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

Kita sering mendengarkan dan mungkin juga pernah mengucapan “Saya ini ikhlas”. Apa hal ini benar-benar ikhlash atau tidak ikhlas? Allaahu a’lam saya tidak bisa menjawab ini. Tentu hanya diri dan Allah SWT yang mengetahui ikhlas atau tidak.

 

Ikhlas satu kata sederhana, apabila direngkan maka luar biasa dalam maknanya. Apapun ibadah yang dilakukan kunci diterima terletak pada keikhlasan diri.

 

Perilaku yang tidak ikhlas akan menjadi diri yang selalu merugi dalam kehidupan dunia dan tentu akan merugi juga di akhirat kelak. Ibadah yang didasarkan bukan karena kepada Allah SWT, merupakan bentuk awal dari ketidak ikhlasan diri.

 

Hal ini tersebut telah dijelaskan Allah SWT dalam firmannya, artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena (untuk) Allah, Tuhan semesta alam Qs. al-An’am [6] 162.

 

Empath hal yang Allah SWT tegaskan pada ayat ini, apabila tidak didasarkan kepada Allah SWT maka itulah bentuk ketidak ikhlasan diri.

 

Diri yang tidak ikhlas akan mengalami penderitaan jiwa sepanjang hayat, diri yang tidak ikhlas tidak akan pernah mendapatkan ketenangan diri dan kebahagian hakiki.

 

Bahkan yang lebih dasyatnya kelak diri yang tidak ikhlas akan dicampakkan kedalam neraka jahannan oleh tangan-tangan kekarnya para malaikat AS.

 

Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat (tidak ikhlas), kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan Qs. Hud [11] 15-16.

 

Maka berikhtiarlah untuk mejadi diri yang ikhlas. Ikhlas disetiap shalat yang ditunaikan, ikhlas dalam setiap ibadah-ibadah dan amal shaleh, ikhlas dalam kehidupan untuk senantiasa berperilaku shaleh, serta ikhlas dalam keshalehan perilaku.

 

Bahkan ketika matipun berusaha mati dengan ikhlas, ikhlas meninggalkan dunia dengan seisinya, ikhlas berpisah dengan pasangan dan keturunan untuk kelak agar dipertemukan lagi di surga-Nya In Syaa Allah.

 

Ikhlas yang sempurna setara dengan surat al-ikhlas, surat ke 112 dalam mushaf al-Qur’an. Ikhlas terlihat jelas pada nama surat ke 112 tersebut, namun  tidak ada tertulis kata ikhlas pada tek ayat-ayat pada surat al-ikhlas itu.

 

Disinilah sesungguhnya Allah SWT ingin menegaskan pesan bertauhid kepada umat-Nya, agar tidak terlepas dari diri yang ikhlas dalam menyakini (beriman kepada) Allah SWT dan menyertakan-Nya dalam setiap perbuatan diri, hati dan jiwa dalam amal shaleh serta berperilaku muslih.

 

Jadi ikhlas itu adalah kekosongan diri, kekosongan akal dan hati serta kekosongan jiwa dari apapun bentuknya selain Allah SWT. Pendek kata diri, akal, dan hati serta jiwa yang ikhlas hanya diisi sepenuhnya dan disandarkan hanya kepada Allah SWT.

 

Apapun aktifitas diri, akal dan hati serta jiwa semua tertumpu pada kandungan surat al-ikhlas berikut, artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia (Allah) tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Qs. Al-Ikhlas [112] 1-4).*

 

 

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku🤲 (Qs. Thaha [20] 25-28).*

 

 

Kampoeng Pilahan Kotagede Jogjakarta

Tanggal 25 Ramadhan 1443 H/ 26 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar