Sabtu, 09 April 2022

Diri yang Sebaik-baiknya

 

DIRI YANG SEBAIK-BAIKNYA

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

 

Saat tulisan ini ditulis saya baru saja mengakhiri perkuliahan Psikologi Anak Usia Dini. Terkait materi hakikat anak usia diri saya memulai penjelasan dengan Qs. At-Tiin [95] 4. Artinya sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

 

Penjelasan anak usia dini saya uraikan lebih banyak berdasarkan pendekatan psikologi Islam, setelah penjelasan saya rasa cukup, perkulihan kita lanjutkan dengan sesi diskusi.

 

Menarik diskusi kali ini beberapa mahasiswa ibu-ibu rumah tangga dan beberapa mahasiswa jomblo (jomblo istilah saya tulis ini berdasarkan jawaban mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini, saat saya tanya, apa telah menikah/ atau belum).

 

Diskusi yang berkembang terkait Qs. At-Tiin [95] 4. Artinya sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

 

Sebaik-baiknya dalam ayat ini diberi makna lahiriyah, manusia diciptakan Allah SWT dalam bentuk yang paling sempurna. Tanggapan dari mahasiswa yang hadir cukup mengelitik nalar qalbiah saya.

 

Diskusi yang berkembang, kalau memang penciptaan manusia sebaik-baiknya penciptaan atau penciptaan manusia merupakan penciptaan dalam bentuk yang paling sempurna.

 

Tentu tidak akan ada manusia yang tidak sempurna, semua sempurna. Tapi kenapa ada yang tidak sempurna? Begitu pertanyaan yang muncul.

 

Pertanyaan ini didukung dengan beberapa argumentasi, atas belum sempurna penciptaan manusia, berupa kekurangan fisik maupun mental (psikis). Kekurangan fisik cacat fisik maupun kekurangan psikis/ mental tidak berkembang idial anak usia diri.

 

Argumen seperti tentu bisa benar dan juga bisa sangat salah. Semua tergantung kita melihat dari kaca mata apa. Apabila dilihat dari kaca mata diri (akal manusia). Ya tentu jawaban tidak sempurna, akan mendukung argemen di atas.

 

Sebaliknya apabila dilihat dari kaca mata pencipta Allah SWT, sebaik-baiknya (sempurna) ya seperti apa-adanya. Sempurna untuk seluruh penciptaan manusia, tanpa kecuali walaupun padangan kita tidak sebaik-baiknya (tidak sempurna). Bagaimana pun rupa dan bentuk fisik yang ada serta mental (psikis) yang serba berkekurangan, itulah yang sebaik-baiknya (sempurna) penciptaan. 

 

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Qs. ar-Ruum [30] 30.

 

Apa bila kita mampu merenunggi ayat ini, maka kita disadarkan Allah SWT inilah diri yang sebaik-baiknya (diri yang sempurna) itu ada pada diri kita masing-masing. Maka berikhtiarlah dengan istiqamah menjadi diri yang sebaik-baiknya, sebelum Allah SWT kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya. Silahkan lanjutkan mendalami  Qs. At-Tiin [95] secara lengkap*.

 

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Allah, limpahkanlah kesabaran pada kami, kokohkan pendirian kami, serta tolonglah kami untuk mengalahkan orangorang kafir (Qs. AlBaqarah [2] 250)🤲*

 

 

 

Kampus 2 UAD

Tanggal 08 Ramadhan 1443 H/ 09 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar