Kamis, 14 April 2022

Diri yang Bersyukur

DIRI YANG BERSYUKUR

Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

 

Suatu kali saya pernah ditanya. Putri saya saat itu dia masih sekolah di taman kanak-kanak.  Pada saat dia belajar berpuasa, dia mengajukan pertanyaan seperti ini; “Ayah kenapa kita harus berpuasa?” Saya mencoba memberikan jawaban:  Nak kita berpuasa untuk bisa bersyukur.

 

Lalu putri saya melanjutkan pertanyaannya; Kenapa kita bersyukur? Saya mencoba memberikan jawaban yang dapat dinalar  anak waktu itu: kita bersyukur agar disayang Allah (tentu suasana emosi dan perilaku saya usahankan satu hati dengan anak). Begitu sekilas ikhtiar kami menumbuhkan diri yang beryukur atas segala nikamat dan karunia Allah SWT.

 

Pada saat merakit tulisan diri yang bersyukur ini saya baru saja menguji tesis mahasiswa, temuan awal penelitian pada mahasiswa di latar belakang dan hasil penelitaiannya memang terbukti.

 

Mahasiswa mengalami stress akademik 78,5 persen dari 149 mahasiswa. Temuan stress akademik yang tinggi terutama selama pembelajaran dimasa pandemi C19, hal ini menarik saya kaitkan dengan diri yang bersyukur.

 

Sebab kriteria nafsani yang mampu bersyukur dengan tepat, adalah mereka yang dapat menata diri, hati, dan jiwanya dengan baik menjadi diri yang bersyukur. Diri yang bersyukur tidak akan stress dengan situasi apapun.  

 

Bersyukur berarti bisa berbahagia, nafsani yang berbahagia pasti jauh dari masalah, jauh dari stress. Bersyukur berarti dapat menata pikiran sehat, senan tiasa berhusnuzhan dalam kehidupan kepada siapapun termasuk kepada Allah SWT.

 

Bersyukur berarti memperkuat kesehatan psikofisik, sehingga psikofisik menjadi siap menghadapi situasi apapun, termasuk situasi yang ditimbulkan oleh C19 yang lalu.

 

Bahkan situasi yang lebih berat sekalipun dari C19 yang lalu, dengan diri yang beryukur semakin memperkuat nafsani kita. Bersyukur juga akan membentuk hubungan yang lebih memuaskan lahir dan bathin, baik dengan keluarga, maupun hubungan hablumminallah maupun hablumminannas.

 

Bersyukur berarti membuka pintu-pintu langit terbuka selebar-lebarnya, sehingga curahan rahmad dan kasih sayang tidak terbendung turun kebumi bagaikan hujan deras yang membawa rahmad dan keberkahan.

 

Bersyukurlah dan berikhtiar sungguh dengan diri yang bersyukur maka segala sesuatu akan menjadi mudah. Pikiran akan diluaskan, hati akan dilapangkan dan jiwa akan selalu berada dalam kesucian. Rasa kebersyukuran yang kuat hadir dari akal yang sehat dan hati yang bersih serta jiwa yang suci.

 

Rasa syukur seperti ini akan membentuk keshalehan perilaku. Nafsani yang telah sampai dirinya pada titik memaksimalkan diri yang bersyukur. Maka nafsani seperti inilah yang akan selau diringan lisan untuk selalu bersyukur, berzikir lisan dan mengucapan Alhamdulillaahirabbil’alamiin atas seluruh karunia dan nikmat yang Allah SWT berikan, hati dan jiwa yang telah berada diposisi ini tidak lagi memandang nikmat Allah SWT itu besar atau kecil.

 

Bahkan tidak hanya sebatas lisan yang bersyukur, hatinya juga bersyukur dan selalu bersyukur, hadir selalu pada diri yang bersyukur qalbun syakirun (hati yang selalu bersyukur) dan qalbun zikrun (hati yang selalu berzikir).

 

Diri yang bersyukur sungguh-sungguh lillahita’ala akan membentuk keshalehan perilaku. Melaksanakan shalat, shiyamu, dan haji/ umrah adalah rupa perilaku yang bersyukur. Perilaku yang bersyukur merupakan perilakunya nafsani yang shaleh yang akan menghantarkan dirinya pada diri yang bertaqwa.

 

Terkait diri yang bersyukur mari kita renunggkan ayat berikut dari jiwa terdalam, artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih Qs. Ibrahim [13] 7).

 

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang Qs. Al-Ahzab [33] 41-42).

 

Mari kita berikhtiar sungguh-sungguh agar selalu menjadi diri yang bersyukur. Bersyukurlah, kuatkanlah rasa kebersyukuran diri agar kehidupan selalu berbahagia, diselamatkan dunia dan akhirat serta menjadi diri yang muttaqien.*

 

Penutup tulisan hari ini. Ya Allah, turunkan pada kami hidangan dari langit yang hari turunnya itu akan menjadi hari raya bagi kami, bagi orangorang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, serta menjadi tanda bagi kekuasaanMu. Berilah kami rezeki, dan Engkaulah Pemberi rizki yang paling utama🤲(Qs. AlMa’idah [5] 114).*

 

 

 

Kampus 2 UAD

Tanggal 13 Ramadhan 1443 H/ 14 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar