Rabu, 27 April 2022

Diri yang Lelah

DIRI YANG LELAH

II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]* II

 

Beberapa malam yang lalu ada diskusi ringan bersama teman-teman. Diskusi kami menarik disaat seorang teman mengajukan topik diskusi dengan mengajukan pertanyaan, sedikit berandai-andai dengan ungkapan “Kapan kita umat Islam bisa ber-I’tikaf full (sempurna) di 10 hari terakhir Ramadhan?”.

 

Saat ini kita ber-I’tikaf masih dilelahkan oleh kehidupan dunia. I’tikaf kita masih disibukkan dengan pekerjaan pada siang harinya. Kadang aktifitas pada siang hari juga cukup padat dan sibuk.

 

Sementara waktu malam jelas sangat dimanfaatkan maksimal ber-I’tikaf, berusaha secara penuh beribadah, shalat dan berzikir serta berdoa dan bertadabbur al-Qur’an, mulai dari waktu berbuka sampai waktu terbit fajar.

 

Hamba-hamba Allah SWT yang bersungguh dengan I’tikaf, mereka melaksanakan shalat tahajut dan berdoa pada waktu malam lambungnya jauh dari tempat tidur dan sedikit sekali tidur pada waktu malam. Rangkaian amal shaleh pada waktu I’tikaf ini sesuai dengan firman Allah SWT, dengan artinya sebagai berikut:

 

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan berharap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan Qs. As-Sajadah [32] 16.

 

Pada ayat yang lain: Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka.

 

Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar Qs. Adz-Dzariyat [51] 15-18.

 

Kembali pada dikusi di atas, namun dengan pertanyaan lanjutan berikut; “Kapan kita akan merasakan ber-I’tikaf yang tidak lagi dilelahkan oleh kehidupan dunia? I’tikaf kita tidak lagi disibukkan dengan dunia pada waktu siang.

 

Wallaahu a’lam Dan Allah yang Maha Mengetahuinya, sepanjang diukur dengan akal nafsani kita rasanya sulit untuk terlepas dari kelelahan dunia.

 

Karena sulit menurut akal nafsani untuk terlepas dari kelelahan dunia, mari kita hadirkan kecerdasan qalbiah memperkuat keyakinan diri melanjutkankan malam-malam I’tikaf berharap memperoleh lailatul qadar.

 

Mari jadikan lelah kita menjadi lillah. Lillahi ta’ala semata In Syaa Allah lelah kita akan berbuah surga seperti Qs. Adz-Dzariyat [51] ayat 15 di atas.

 

Dan memperoleh Surga Firdaus berikut, artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya Qs. al-Kahfi [16] 107-108.

 

Bersyabarlah dalam diri yang lelah, sebab diri yang lelah bersabar, maka buah kesabarannya keberuntungan yang tak terhingga baik di dunia mapaun di akhirat kelak, hal ini sesuai dengan firman ayat al-Qur’an, artinya:  Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung Qs. Ali-Imran [3] 200).*

 

Doa penutup tulisan hari ini: Ya Allah Tuhan pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang shaleh🤲 (Qs. Yusuf [11] 101).*

 

 

Kampus 2 UAD Yogyakarta

Tanggal 26 Ramadhan 1443 H/ 27 April 2022 H.

 

Salam Abdoellah

*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar