Senin, 10 April 2023

Psikologi Taqwa: Bergembira dengan Alqur’an

Seluruhnya bergembira dengan Alqur’an, tidak ada yang tidak bergembira, semuanya bergembira bersama Alqur’an. Nabi Muhammad SAW sangat berbembira dengan turunya Alqur’an.

 

Para malaikat sangat bergembira menyaksikan turunnya Alqur’an ke bumi. Setiap kali malaikat Jibril AS membawa ayat-ayat Alqur’an untuk disampaikan kepada kekasih Allah SWT Nabi Muhammad SAW.

 

Ribuan malaikat mengiringgi Jibril AS sambil bertasbih memuji Allah SWT dan berselawat pada Nabi Muhammad SAW.

 

Alam dan seisinya juga bergembira dengan Alqur’an.

 

تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلَـٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًۭا

 

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih [bergembira] kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih [bergembira] dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [Surat Al-Isra (17) ayat 44]

 

Begitulah Alqur’an diturunkan sekitar 1444 tahun yang lalu dan sampai sekarang semua bergembira dengan Alqur’an. Bahkan sampai kapanpun semua insan beriman bergembira dengan Alqur’an.

 

Gembira satu dari beberapa aspek emosi dasar manusia. Gembira atau bergembira merupakan suasana hati yang mengambarkan bahagia, bangga, dan senang.

 

Setiap muslim beriman pastilah akan berbahagia dengan Alqur’an. Alqur’an sebagai petunjuk untuk memperolah kebahagian lahir dan batin.

 

Merasa hidup kurang bahagia, kembalilah kepada Alqur’an, pelajari Alqur’an, bacalah Alqur’an, pahamilah arti dan makna disetiap huruf Alqur’an, kata dan kalimat-kalimat Alqur’an serta ayat-ayat Alqur’an, serta amalkan Alqur’an. Hidup dan mati bersama Alqur’an . Apabila ini yang dilakukan pastilah kebahagian akan segera diperoleh.

 

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

 

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [Surat Al-Qashash (28) ayat 77].

 

Begitulah Alqur’an mengajarkan setiap diri untuk berbahagia dengan Alqur’an. Manfaatkanlah seluruh potensi diri untuk meraih kebahagian akhirat.

 

Kebahagian diakhirat merupakan kebahagian yang maha sempurna. Maka bersungguh-sungguhlah mencari kebahagian akhirat, pasti kebahagian dunia akan mengikut, In Syaa Allah.     

 

[Bersambung…]

 

Ya Allah… Ya Tuhan kami… Engkau Allah yang Maha memiliki kebahagian…  Kami memohon kepada-Mu tanamkanlah kebahagian bersama Alqur’an pada diri, hati, dan jiwa, bimbinglah kami untuk selalu berbahagia dengan Alqur’an… 🤲*

 

Jogjakarta, 19 Ramadhan 1444 H, bertepatan 10 April 2023

 

Salam

Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Sabtu, 08 April 2023

Psikologi Taqwa: Dinamika Psikologis Asma Allah Arrahim

Arrahim merupakan asma kedua dari sembilan puluh sembilan Asmaul Husna. Asma Allah SWT ini secara bahasa, Arrahim bisa diartikan penyayang, karena ini sifat Allah SWT belum tepat diberi makna penyayang, maka pada tulisan ini menggunakan arti Arrahim Yang Maha Penyayang.

 

Arrahim merupakan dua rangkaian yang tidak terpisah dengan Arrahman. Dua asma Allah SWT ini senantiasa membasahi bibir sepanjang hayat. Apapun bentuk dan aktifitas selalu diawali dengan:

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

 

Dengan nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang.

 

Kembali pada Arrahman dan Arrahim, ungkapan basmallah artinya: “Dengan nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang”. Memiliki makna psikologis yang sangat dalam membentuk nilai-nilai Arrahim dalam berperilaku.

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah SWT diturunkan lansung bersaaan dengan ruh manusia disatukan dengan jisim [jasad] calon manusia empat bulan dalam kandungan Ibunya.

 

Asma Arrahim Allah SWT juga akan menjadi salah satu karakter pada diri muttaqien. Karakter tersebut adalah penyayang. Karakter penyayang ini menjadi salah satu ciri pada setiap diri, hati, dan jiwa yang beriman.

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحْمَـٰنُ وُدًّۭا

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang [Surat Maryam (19) ayat 96].

 

Dinamika perilaku penyayang dan menyayanggi merupakan ranah psikologis hati. Hati yang penyayang akan menuntun akal untuk mengerakkan perilaku pengasih dan penyayang. Wujud perilaku pengasih dan penyayang melidunggi, mengayomi, menetramkan dan sebagainya.

 

Perilaku penyayang merupakan pintu gerbang pembuka seribu satu perilaku baik lainya [perbuatan mukhsin]. Seperti perilaku mencintai, perilaku ikhlas, perilaku sabar, perilaku jujur, dan sebagainya.

 

Perilaku penyayang sebagai karakter pada diri muttaqien, tidak sebatas untuk sesama manusia, akan tetapi jauh lebih luas melekat pada setiap diri yang telah berikrar beriman.

 

Diri yang telah berikrar beriman akan lahir pada hati dan jiwa untuk menyayangi semua ciptaan Allah SWT baik binatang maupun tumbuhan serta makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.

 

[Bersambung…]

 

 

Ya Allah… Ya Tuhan kami… Engkau Allah yang Maha Penyayang, Sayang-Mu tidak terbilang.   Kami memohon kepada-Mu Dengan nama-Mu yang maha penyayang, sayangi kami ya Rabb baik didunia ini maupun diakhirat kelak… 🤲*

 

Jogjakarta, 17 Ramadhan 1444 H, bertepatan 8 April 2023

 

Salam

Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 07 April 2023

Psikologi Taqwa: Ketika Said Diadili

Sebaik-baiknya pemimpin dimata rakyat pasti saja ada salahnya, begitulah yang dialami Said bin Amir Aljumahi walaupun sudah berikhtiar menjadi pemimpin yang Amanah.

 

Satu ketika saat kunjungan kerja Umar RA di Wilayah Hims, Amirulmukminin mendapatkan informasi dari penduduk Kuffah dan Hims, mereka mengeluhkan kinerja para pegawai dan gubernurnya.

 

Umar bin Khatan RA menerima laporan dari penduduk terkait kinerja Said selama ini. Mereka mengeluhan empat kinerja Said berikut:

 

Mananggapi laporan kinerja Said dari penduduk Hims, Amirirulmukminin mengumpulkan mereka dan Said disatu tempat untuk diadili.

 

Saat mereka telah berkumpul, Said juga hadir disitu, Umar mulai  meminta secara lansung rakyat menyampaikan keluhan mereka satu-persatu kepada Said.

 

Petama, Mereka menyampakan Said tidak bekerja sehingga hari sudah sangat siang. Said memberikan penjelasn  dihadapan Amirulmukminan dan penduduk Hims.

 

Demi Allah SWT tadinya aku tidak mau mengatakan hal ini. Karena ini harus disampaikan maka aku akan menceritakannya. Aku tidak penya pembantu durumah. Setiap kali aku bangun di pagi hari, maka aku harus menumbuk gandum untuk keluargaku. Kemudian aku mengaduknya berlahan hingga menjadi ragi. Lalu aku buatkan roti untuk makanan keluargaku. Kemudia aku berwhuduk dan keluar untuk mengurusi masalah manusia.

 

Kedua, Umar bertanya apakah benar engkau Said tidak mau melayani seorangpun pada waktu malam hari?.

 

Said tertegun diam beberapa waktu. Demi Allah SWT sungguh aku juga sungkan untuk mencerikan  hal ini. Aku telah membagi waktu, waktu siangku berkhitmat untuk urusan umat manusia dan waktu malamku untuk Allah SWT.

 

Permasalahan ketiga, Umar bertanya, Said benarkah, ada satu hari dalam sebulan, dimana engkau tidak keluar untuk mengurusi umat. Lalu Said memberikan klarifikasi: Benar Amirulmukminin, Aku tidak memiliki baju dinas kecuali yang sedang aku pakai ini. Aku mencuci baju ini sebulan sekali, dan aku menunggunya hingga kering dan pada penghujung hari aku baru bisa menemui mereka.

 

Keempat, Said sering sekali hilang kesadaran, sehingga dia tidak mengenali orang yang berada di sekelilingnya. Umar bertanya, apa maksudnya hal ini Said?

 

Said menjawab; Aku menyaksikan pembunuhan Khubaid ban Abdi pada saat itu aku masih musrik. Aku melihat penduduk Quraisy memoting jasadnya, mereka bertanya pada Khubaid. Apakah engkau [Khubaid] ingin Muhammad mengantikanmu disini?

 

Ia Khubaid] menjawab; Demi Allah SWT aku tidak suka merasa aman denga istri dan anakku. Pada Muhammad SAW sedang ditusuk duri.

 

Aku selalu teringat hari itu, mengapa aki tidak menolong Khubaid, sehingga aku menduga bahwa Allah SWT tidak mengampuniku, maka aku kehilangan kesadaran karenanya.

 

Seketika itu Umar RA lansung berkata; “Segala puji bagi Allah SWT yang telah membuat dugaanku kepadanya tdak rusak”.

 

Begitulah Said gubernur Hims yang miskin dan Amanah. Semoga Allah SWT meridhai Said bi Amir Aljumahi. Said adalah sosok yang mampu mendahulukan kepentingan umat, meskipun Said dan keluarganya berda dalam kondisi yang berkekurangan.

 

[Bersambung…]

 

Ya Allah… Ya Tuhan kami, Jadikanlah kami hamba-hambamu yang Amanah dalam memimpin, seperti amanahnya Said bin Abdi Ajumahi RA gubernur Hims… 🤲*

 

Jogjakarta, 16 Ramadhan 1444 H, bertepatan 7 April 2023

 

Salam

Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.

Magister Psikologi UAD Yogyakarta