Minggu, 03 April 2022

Bertaubatlah

 

B  E  R  T  A  U  B  A  T  L  A  H

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]

 

Bagi kami yang satu generasi dan seusia, semenjak  akil baligh tentu telah puluhan kali berpuasa ramadhan. Puasa ramadhan yang telah puluhan kali ditunaikan tersebut, sebahagian membekas pada keshalehan perilaku dan ada juga sebaliknya.

 

Saumu saat ramadhan bagi sebahagian kita telah dapat menumbuhkan kesadaran diri dalam ber-Islam kaffah, maka lahir keshalehan perilaku berupa diri yang kuat dalam ber-Islam, hati yang bersih, dan jiwa yang suci dalam berkehidupan yang sebentar ini, hanya sebatas  antrian menunggu kematian.

 

Sebaliknya terjadi juga hal-hal yang berbeda, ramadhan berlalu tanpa membekas. Setiap kali ramadhan berakhir, berlalu pula rutinitas keshalehan. Sakit hati kembali dihidupkan pada hal lisan telah meminta maaf lahir batin dan halal bi halal telah dilaksanakan. Hasut dan dengki masih menjadi identitas diri.

 

Kebencian terhadap saudara seiman masih tertanan, senang apabila dapat menyakiti. Kehidupan masih penuh dengan es-em-es, senang melihat saudara (seiman) susah dan susah meilhat saudara (seaqidah) senang.

 

Lisan masih gemar berdusta, merasa diri paling hebat, merasa paling berkuasa, ya kebetulan memang sedang berkuasa. Semua harus ada ACC sangpenguasa, kalau tidak maka akan batal semua kebaikan yang direncanakan.

 

Masih berkembang sifat-sifat neo-fir’unisme dalam kehidupan, hidup senangnya memperkaya diri tidak penting halal dan haram, libas semua mumpung ada kesempatan, lagi berkuasa saatnya memperkaya diri, walau saumu dari tahun ketahun masih dijalankan.

 

Kegiatan dakwah kabar beritanya juga ada yang menghalang-halanggi, merasa tak enak diri karena penceramah terlalu keras dalam penyampain, juga dirasuki penyakit hati dengki dan iri, atau hanya sekedar tidak sepaham dan tidak seide, bisa juga merasa bukan seorganisasi (satu bendera).

 

Inilah ciri sifat-sifat neo-fir’unisme akhir zaman, semua terbuka didepan mata baik berskala besar dalam bernegara, maupun berskala kecil dari penguasa-penguasa sekelas pengurus/ takmir  masjid yang lagi berkuasa.

 

Begitulah realita kehidupan akhir zaman, ramadhan berlalu pergi tanpa bekas. Bahkan ada perilaku yang sangat memprihatinkan, saat saumu ramadhanpun masih bisanya memelihara diri dalam kebencian beramal/ beribadah pada saudaranya. 

 

Maka jadilah ramadhan  sebatas rutinitas tahunan umat, rutinitas pada saat bulan ramadhan mirip musinan, seperti; empat musim cuaca di Eropa  musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur dengan empat musim berbeda ini orang-orang di Eropa akan mengubah diri sesuai dengan musim yang sedang berlangsung.

 

Di Indonesia juga mengenal banyak musim, mulai dari musim durian, musim rambutan dan musim mangga seperti itu. Maka setiap satu musim datang, saat itu selera orang akan berubah menjadi sama, ketika musim berakhir, memasuki musim berikutnya kecenderungan yang sama selera juga berubah lagi begitu selanjutnya.

 

Potret musim seperti di atas dalam kehidupan spiritual umat juga terjadi, karakter/ perilaku juga berubah-rubah seperti hal di atas, mungkin umat juga menganggap ini sebagai musim-musiman, sehingga ramadhan tiba musimnya menjadi shaleh, sehingga lahirlah perilaku shaleh musiman selama satu bulan disaat ramadhan.

 

Saat musim ramadhan datang, terjadilah arus perubahan besar-besaran perilaku umat seketika di awal ramadhan, yang jarang datang ke masjid berjemaah, bahkan tidak pernah berjemaah, saat ini terpanggil berjemaah.

 

Selama ini mengumbar aurat dihadapan orang banyak, bahkan tidak merasa malu dihadapan malaikat Raqib dan Atib. Saat Ramadhan datang maka jadilah mereka yang paling shaleh dalam ber-Islam. Hal ini sangat disayangkan, realita tersebut juga mengejala hampir seluruh generasi Islam.

 

Bersama kita prihatin dengan muhasabah di awal-awal ramadhan, berikhtiar kedepan semoga tidak terulang lagi. Marilah kita rencanakan ramadhan untuk merubah diri kepada kesahalehan perilaku dan istiqamah dalam keshalehan tersebut sepenjang hayat. Bertaubatlah bersungguh-sungguhlah menjadi shaleh. Sebab yang diminta bertaubat oleh Allah SWT adalah kita yang telah berikrar sebagai orang yang beriman, berikut:

 

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Qs. An-Nur [24] 31).

 

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan-mu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:(Qs. at-Tahrim [66] 8).

 

Penutup tulisan hari ini.  Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (Qs. at-Tahrim [66] 8).*

 

 

Kampus 2 UAD Jogjakarta, 2 Ramadhan  1443 H/ 3 April 2022.

 

Salam Abdoellah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar