MUDIK YANG
SESUNGGUHNYA
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Mudik kembali
kekampung halaman setelah beberapa lama berada di tanah perantauan. Semua diri
pasti mempunyai kampung halaman dan setiap diri pasti
akan mudik, tidak ada diri yang tidak akan mudik sebab semua diri memiliki kampung halaman.
Bahkan semua diri siapapun nafsaninya memiliki satu kampung yang sama, itulah kampung
akhirat.
Kampung
akhirat adalah tempat kembalinya diri, kampung yang kekal dan abadi, di kampung
akhirat kita akan hidup
selama-lamanya. Diakhirat ada dua kampung, kampung surga dan ada kampung neraka.
Surga adalah kampung Maha Sempurna.
Dari Abu
Hurairah RA. Ia berkata; Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman: Aku
telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh suatu (kenikmatan) yang
belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum
pernah pula terbetik dari lubuk hati manusia” (HR. Bukhari 3005 & HR. Muslim
5053).
Sedangkan neraka
adalah kampung kehinaan diri: Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Qs. At-Tahrim [66] 6.
Kehidupan
dunia ini ibarat tempat perantauan diri, setelah nenek moyang kita Nabi Adam AS
dan istrinya Siti Hawa di turunkan ke bumi dengan beragam kesulitan dan banyak
juga kemudahannya.
Hidup
didunia adalah perjuangan untuk mudik kekampung akhirat. Maka mudik yang sesungguhnya adalah mudik ke kampung akhirat, setiap
diri di dunia berkesempatan memilih mudik ke kampung
surga atau kampung neraka. Masing-masing diri yang menentukan:
dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kesesatan (kampung
neraka) dan (jalan) ketakwaannya (kampung surga). sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu (memilih jalan taqwa), dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya (memilih jalan kesesatan) (Qs. asy-Syam [91] 7-11.
Kita semua para
pemudik yang pasti akan mudik kekampung akhirat. Semua nafsani pasti akan
mudik, kita sedang menunggu antrian dengan waktu mudik yang tidak jelas kapan
akan datang, mungkin bisa hari ini, besok, atau lusa. Wallahu A’lam bishawab
tidak ada diantara kita yang tahu kapan akan mudik.
Apabila
waktunya sudah tiba, maka satu persatu kita akan mudik keharibaan-Nya. Perjalanan
mudik kita amat panjang sekali dan akan memakan waktu yang sangat lama.
Kita lewati
satu pos perjalanan ke pos-pos perjalan selanjutnya. Alam kubur adalah perjalanan
pertama, tempat berupa ruangan sempit sebadan dan gelap gulita tidak ada
penerangan.
Perjalanan kedua
memasuki kehancuran alam semesta, bumi dihancurkan sehancur-hancurnya, manusia
berterbangkan seperti kapas-kapas yang sedang diterbangkan anggin.
Perjalanan
ketiga memasuki hari kebangkitan, semua manusia akan dibangkitkan termasuk diri
masing-masing yang membaca tulisan ini. Perjalanan keempat berada di Padang
Masyar, disini terik panas tak terhingga, bahkan bisa melepuhkan kulit-kulit
pembalut tulang ini.
Perjalanan
kelima memperoleh syafaat dari Rasulullah SAW. Bagi yang memperoleh syafaat In
Syaa Allah perjalanan mudik berikut lebih mudah. Perjalanan keenam memasuki masa-masa
perhitungan amal shaleh yang dikenal dengan hisab.
Perjalanan ketujuh
penyerahan cacatat, bersyukur semoga catatan amal baik kita jauh lebih banyak
dari catatan perbuatan ingkar kita kepada Allah SWT.
Perjalanan
mudik kedelapan memasuki timbangan amal (mizan) dan perjalanan pada telaga Rasulullah
SAW. Setelah itu perjalanan mudik berikutnya melintasi jembatan siratal
mustaqim.
Perjalanan
terakhir setiap diri penentuan tempat
mudik terbaik di kampung akhirat, apa akan ditempatkan di kampung surga atau kampung neraka.
Semua nafsani pasti berharap termasuk kita mudik yang sesungguhnya kelak ditempatkan
dikampung surga, pilihan kita tentu surga firdaus.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya (Qs. al-Kahfi [18] 107-108.
Maka
berikhtiarlah setiap diri dengan ikhtiar terbaik untuk mudik yang sesungguhnya:
Berbekallah dengan taqwa.
Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal sehat Qs. Al-Baqarah [2] 197.*
Penutup tulisan hari ini: Ya Allah,
masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dengan cara
yang benar🤲Qs. Al-Isra’
[17] 80.
Kampoeng Santri Kotagede Jogjakarta
Tanggal 28 Ramadhan 1443 H/ 29 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar