DIRI YANG SEBAIK-BAIKNYA
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Saat tulisan ini ditulis saya
baru saja mengakhiri perkuliahan Psikologi Anak Usia Dini. Terkait materi
hakikat anak usia diri saya memulai penjelasan dengan Qs. At-Tiin [95] 4. Artinya
sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Penjelasan
anak usia dini saya uraikan lebih banyak berdasarkan pendekatan psikologi Islam,
setelah penjelasan saya rasa cukup, perkulihan kita lanjutkan dengan sesi
diskusi.
Menarik
diskusi kali ini beberapa mahasiswa ibu-ibu rumah tangga dan beberapa mahasiswa
jomblo (jomblo istilah saya tulis ini berdasarkan jawaban mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan ini, saat saya tanya, apa telah menikah/ atau belum).
Diskusi
yang berkembang terkait Qs. At-Tiin [95]
4. Artinya sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Sebaik-baiknya
dalam ayat ini diberi makna lahiriyah, manusia diciptakan Allah SWT dalam bentuk
yang paling sempurna. Tanggapan dari mahasiswa yang hadir cukup mengelitik nalar
qalbiah saya.
Diskusi
yang berkembang, kalau memang penciptaan manusia sebaik-baiknya penciptaan atau
penciptaan manusia merupakan penciptaan dalam bentuk yang paling sempurna.
Tentu
tidak akan ada manusia yang tidak sempurna, semua sempurna. Tapi kenapa ada
yang tidak sempurna? Begitu pertanyaan yang muncul.
Pertanyaan
ini didukung dengan beberapa argumentasi, atas belum sempurna penciptaan
manusia, berupa kekurangan fisik maupun mental (psikis). Kekurangan fisik cacat
fisik maupun kekurangan psikis/ mental tidak berkembang idial anak usia diri.
Argumen
seperti tentu bisa benar dan juga bisa sangat salah. Semua tergantung kita
melihat dari kaca mata apa. Apabila dilihat dari kaca mata diri (akal manusia).
Ya tentu jawaban tidak sempurna, akan mendukung argemen di atas.
Sebaliknya
apabila dilihat dari kaca mata pencipta Allah SWT, sebaik-baiknya (sempurna) ya
seperti apa-adanya. Sempurna untuk seluruh penciptaan manusia, tanpa kecuali
walaupun padangan kita tidak sebaik-baiknya (tidak sempurna). Bagaimana pun
rupa dan bentuk fisik yang ada serta mental (psikis) yang serba berkekurangan,
itulah yang sebaik-baiknya (sempurna) penciptaan.
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui Qs. ar-Ruum [30] 30.
Apa bila kita mampu merenunggi ayat ini, maka
kita disadarkan Allah SWT inilah diri yang sebaik-baiknya (diri yang sempurna) itu
ada pada diri kita masing-masing. Maka berikhtiarlah dengan istiqamah menjadi
diri yang sebaik-baiknya, sebelum Allah SWT kembalikan ke tempat yang
serendah-rendahnya. Silahkan lanjutkan mendalami Qs.
At-Tiin [95] secara lengkap*.
Penutup tulisan hari ini. Ya Allah,
limpahkanlah kesabaran pada kami, kokohkan pendirian kami, serta tolonglah kami
untuk mengalahkan orang‐orang kafir (Qs. Al‐Baqarah [2] 250)🤲*
Kampus 2 UAD
Tanggal 08 Ramadhan 1443 H/ 09 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar