DIRI YANG IKHLASH
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Kita sering
mendengarkan dan mungkin juga pernah mengucapan “Saya ini ikhlas”. Apa
hal ini benar-benar ikhlash atau tidak ikhlas? Allaahu a’lam saya tidak bisa
menjawab ini. Tentu hanya diri
dan Allah SWT yang mengetahui ikhlas atau tidak.
Ikhlas satu
kata sederhana, apabila direngkan maka luar biasa dalam maknanya. Apapun ibadah
yang dilakukan kunci diterima terletak pada keikhlasan diri.
Perilaku
yang tidak ikhlas akan menjadi diri yang selalu merugi dalam kehidupan dunia dan
tentu akan merugi juga di akhirat kelak. Ibadah yang didasarkan bukan karena kepada
Allah SWT, merupakan bentuk awal dari ketidak ikhlasan diri.
Hal ini tersebut telah dijelaskan Allah
SWT dalam firmannya, artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah karena (untuk) Allah, Tuhan semesta alam Qs. al-An’am [6] 162.
Empath hal yang Allah SWT tegaskan pada
ayat ini, apabila tidak didasarkan kepada Allah SWT maka itulah bentuk ketidak
ikhlasan diri.
Diri yang tidak ikhlas akan mengalami
penderitaan jiwa sepanjang hayat, diri yang tidak ikhlas tidak akan pernah
mendapatkan ketenangan diri dan kebahagian hakiki.
Bahkan yang lebih dasyatnya kelak diri
yang tidak ikhlas akan dicampakkan kedalam neraka jahannan oleh tangan-tangan
kekarnya para malaikat AS.
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat (tidak ikhlas), kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan Qs. Hud [11] 15-16.
Maka berikhtiarlah untuk mejadi diri yang
ikhlas. Ikhlas disetiap shalat
yang ditunaikan, ikhlas dalam setiap ibadah-ibadah dan amal shaleh, ikhlas
dalam kehidupan untuk senantiasa berperilaku shaleh, serta ikhlas dalam
keshalehan perilaku.
Bahkan ketika matipun berusaha mati dengan ikhlas, ikhlas
meninggalkan dunia dengan
seisinya, ikhlas berpisah dengan pasangan dan keturunan untuk kelak agar
dipertemukan lagi di surga-Nya In Syaa Allah.
Ikhlas yang sempurna setara dengan
surat al-ikhlas, surat ke 112 dalam mushaf al-Qur’an. Ikhlas terlihat jelas
pada nama surat ke 112 tersebut, namun tidak
ada tertulis kata ikhlas pada tek ayat-ayat pada surat al-ikhlas itu.
Disinilah sesungguhnya Allah SWT ingin
menegaskan pesan bertauhid kepada umat-Nya, agar tidak terlepas dari diri yang
ikhlas dalam menyakini (beriman kepada) Allah SWT dan menyertakan-Nya dalam setiap
perbuatan diri, hati dan jiwa dalam amal shaleh serta berperilaku muslih.
Jadi ikhlas itu adalah kekosongan
diri, kekosongan akal dan hati serta kekosongan jiwa dari apapun bentuknya selain
Allah SWT. Pendek kata diri, akal, dan hati serta jiwa yang ikhlas hanya diisi sepenuhnya
dan disandarkan hanya kepada Allah SWT.
Apapun aktifitas diri, akal dan hati
serta jiwa semua tertumpu pada kandungan surat al-ikhlas berikut, artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah,
Yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia (Allah) tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Qs. Al-Ikhlas
[112] 1-4).*
Berkata Musa: "Ya Tuhanku,
lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku🤲 (Qs. Thaha [20] 25-28).*
Kampoeng Pilahan Kotagede Jogjakarta
Tanggal 25 Ramadhan 1443 H/ 26 April 2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar