DIRI YANG MALU
[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]*
Sifat malu merupakan
keistimewan peradapan manusia sepanjang sejarah. Nafsani yang tidak memiliki
rasa malu sama sekali, maka sama saja dirinya sederajat dengan binatang, pada
hal Allah SWT telah membekali diri dengan tiga kekuatan nafsani, tiga kekuatan
tersebut adalah; hati, mata, dan
telingga.
Nafsani yang tidak mampu memanfaatkan kekuatan ini, maka
dirinya bisa lebih rendah dari binatang . Seperti itu penjelasan Allah SWT
dalam Qs. Al-A’raf [7] 179.
Artinya sebagai berikut; Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Apabila diri mampu merenunggi firman Allah SWT di atas,
tentu ini akan menyadarkan setiap diri betapa pentingnya diri yang malu dalam
kehidupan ini. Rasulullaah SAW juga telah mencerahkan dalam Sunnahnya, berikut
artinya: Rasa malu adalah bagian dari iman, iman itu tempatnya di Surga.
Perilaku jelek tidak memiliki rasa malu merupakan bahagian dari kekeringan
iman, iman yang kering tempatnya di neraka (HR. At-Turmudzi).
Melirik fenomena akhir zaman saat ini, betapa banyak
diri yang tidak bermalu (tidak memiliki rasa malu). Satu kisah di salah satu
PT saat penulis memberikan perkuliahan
pernah penulis temukan, dengan santai ada oknum mahasiswa bermesraan dengan
teman mahasiswan, pada hal disekitarnya banyak teman-teman mahasiswa.
Fenomena di media sosial (medsos) juga luar biasa,
begitu terbuka dengan lebar menebar rasa tidak memiliki malu. Banyak kasus
nafsani yang tidak memiliki rasa malu, mengunggah foto-foto seronok, membuka aurat,
dan bermesraan di medsos walaupun sudah berstatus suami istri, bukan berarti bebas
memperlihatkan keintiman suami istri yang pantas dilakukan berdua hanya di kamar masing-masing.
Keberadaan medsos untuk membentuk dan melahirkan perilaku
tidak bermalu sangat tinggi. Saat ini diri bisa membuka aib diri selebar-lebarnya
tanpa batas, gaya berfoto yang mengumbar aurat, foto-foto yang setengah
telanjang, dan gaya selfi yang mengundang syahwat serta birahi bagi yang
melihat.
Antara nafsani satu dengan yang lainnya juga saling
tidak memiliki rasa malu, di medsos saling membuka aib dan dosa masing-masing.
Saling ejek dan saling menyalahkan. Pamer harta dan kekayaan, ada juga yang
pamer pangkat dan kedudukan antar sesama.
Bahkan yang lebih memprihatinkan nafsani di akhir zaman
ini juga tidak memiliki rasa malu kepada Allah SWT pemilik alam semesta ini.
Ada oknum muslim dengan bangga makan disiang hari ramadhan, padahal dirinya
dalam keadaan mampu dan sehat untuk berpuasa.
Begitulah realita sebahagian kehidupan tidak bermalu, tidak
ada rasa malu pada diri, tidak ada rasa malu pada manusia, tidak ada rasa malu
pada seluruh makhluk ciptaan Allah SWT termasuk tidak ada rasa malu pada para
malaikat, dan juga tidak ada rasa malu pada Allah SWT disaat diri melakukan perbuatan
yang tidak sesuai tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Mumpung waktu masih ada sebelum ajal datang menjelang
mari hadirkan diri yang malu kepada Allah SWT atas banyaknya dosa-dosa yang
disebabkan oleh hilangnya rasa malu dalam diri, akal dan hati serta jiwa
terdalam. Maka pantaslah diri sore menjelang berbuka merenunggi ayat al-Qur’an berikut:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa Qs. Ali-‘Imran [3] 133.
Penutup tulisan hari ini. Ya Tuhan kami Engkau Maha Pemaaf dan
Engkau mencinta orang yang meminta maaf. Karenan itu maafkanlah kami ya Kariim🤲*
Kampus 2 UAD Yogyakarta
Tanggal 22 Ramadhan 1443 H/ 23 April 2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Magister Psikologi UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar