DIRI YANG BER I’TIKAF
[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]*
Malam
ini para
shaimin dan shaimat akan memasuki tahapan sepuluh
malam terakhir ramadhan. Sepuluh hari terakhir dikenal luas dengan malam-malam I’tikaf.
I’ktikaf merupakan kegiatan berdiam diri dan tinggal di masjid disepuluh
hari terakhir di bulan ramadhan. Berdiam diri dan tinggal di masjid totalitas
digunakan untuk semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT.
Baik ibadah wajib shalat lima waktu berjemaah, shalat sunah tarawih dan
witir, shalat-shalat sunah lainnya,
umrah di masjidil haram. Berdiam diri dan tinggal selama sepuluh hari terakhir
bulan ramadhan juga digunakan untuk memperbanyak zikir/ berzikir dan membaca
al-Qur’an serta amalan-amalan lainnya yang dituntun dalam syariat.
Menurut majelis
Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah pada buku Tuntunan Ramadhan menjelaskan I’tikaf
adalah aktifitas berdiam diri di masjid dalam satu tempo tertentu dengan
melakukan amalan-amalan (ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha Allah
SWT.
Karena I’tikaf
merupakan kegiatan ibadah dengan mengharap ridha Allah SWT semata. Semata-mata beribadah hanya karena Allah SWT semata
hal ini sesuai dengan ayat, artinya sebagai
berikut: Katakanlah:
sesungguhnya shakatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah,
Tuhan semesta alam Qs. al-An’am [6] 162.
Marilah kita siapkan diri lahir dan
bathin, hadirkan seluruh kekuatan diri, bimbinglah diri melalui akal yang sehat, hati yang bersih, dan jiwa yang suci
melangkah dengan berniat I’tiqaf “Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaahi
Lahaula walaquwata Illa billah”
menjadikan diri yang ber-I’tikaf pada malam-malam terakhir ramadhan dimulai malam 21 malam ini.
I’tikaf dapat dilakukan di masjid
terdekat yang memiliki Imam tetap shalat lima waktu, I’tikaf juga dapat dilaksanakan
di masjid-masjid khusus yang menfasilitasi jemaah dengan program
I’tikaf di masjid tersebut.
Wahai diri mari gunakan kesempatan terbaik sepuluh malam terakhir ramadhan
menjadi diri yang ber-I’tikaf. Kuatkan
diri dengan hadits dan ayat-ayat berikut:
Artinya: “Bahwa Nabi saw melakukan i’tikaf pada hari kesepuluh terakhir
dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai
beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau
wafat.” [HR. Muslim].
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa Qs. al-Baqarah [2] 187.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar Qs. al-Qadr
[97] 1-5.*
Penutup tulisan hari ini. Ya Tuhan kami Engkau Maha Pemaaf dan
Engkau mencinta orang yang meminta maaf. Karenan itu maafkanlah kami ya Kariim🤲*
Kampus 2 UAD Yogyakarta
Tanggal 20 Ramadhan 1443 H/ 21 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Magister Psikologi UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar