DINAMIKA
PSIKOLOGIS SELF-SAUMU RAMADHAN
[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]*
Kembali kepada tulisan kemaren “Saumu dalam Literasi Psikologi”, Senin
3 Ramadhan 1443. Terkait dengan tujuan dari perintah saumu ramadhan, menjadikan manusia yang berpuasa
tersrbut memiliki berkepribadian muttaqien/ bertaqwa (Qs. Al-Baqarah [2] 183).
Tentu tujuan ini menjadi kekuatan
psikologis pada diri orang-orang beriman.
Tentu orang-orang yang mengaku dirinya beriman, akan mengupayakan
sungguh-sungguh kekuatan psikologis ini untuk memperoleh ketaqwaan atau
mencapai derajat taqwa. Kekuatan psikologis tersebut meliputi dinamika diri,
berupa; self-control dan self-regulation
serta peran self-efficacy. Tiga kekuatan
psikologis ini bersinergi pada diri dalam menumbuhkan ketaqwaan.
Pertama self-control.
Self-control atau kontrol diri merupakan kekuatan psikologis pada diri untuk
memberikan pertimbangan dalam berperilaku, pertimbangan berperilaku didasarkan
pada standar yang dibangun (ditetapkan) dan mengontrol perilaku tersebut agar
sesuai dengan standar yang ditetapakan.
Standar
berperilaku dalam berpuasa dibangun dan ditetapkan berdasarkan dua pedoman hidup
muslim; al-Qur’an dan Sunnah Rasulullaah SAW (Mutlak). Maka jelas sekali self-control
harus diaktifkan memberikan pertimbangan berperilaku tunduk pada kedua pedoman tersebut.
Kedua
self-regulation. Self-regulation atau regulasi diri juga kekuatan
psikologis yang terdapat pada diri, berupa kekuatan mengatur dan mengarahkan
diri dalam berperilaku, setelah memperoleh pertimbangan yang kuat dari
self-control. Kemampuan mengatur dan mengarahkan diri dalam berpuasa juga
sesuai dengan dua pedoman hidup muslim tadi.
Ketiga
self-efficacy. Self-efficacy atau efikasi diri merupakan
keyakinan individu terhadap dirinya (prasangka pada diri) untuk dapat melakukan
sesuatu pada diri. Contoh kecil diluar kontek saumu, saat putri saya belajar
sepeda roda dua, sekitar usia 4 tahun. Saya coba membangunan efikasi diri,
dengan unggkapan dan ekspresi meyakinkan dirinya “Bismillaah, ya Allah Aira
bisa”. Dalam tempa lebih kurang 2-4 menit sudah bisa bersepeda roda dua.
Maka tiga
kekuatan psikologis di atas, dapat menjadi pertimbangan untuk maksimalkan menjadi penguat faktor keber-Imanan para shaimin-shaimat dalam menumbuhkan kepribadian muttaqien yang kuat pada diri, hati yang bersih, dan
jiwa yang suci dalam ketaqwaan. Pembahasan
pemberdayaan dinamika psikologis self-control,
regulation, dan efficacy dalam menumbuhkan kepribadian muttaqien In Syaa Allah akan disampaikan pada tulisan-tulisan berikutnya.*
Penutup tulisan hari ini. “Ya Allah,
terimalah bakti kami. Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya
Allah, jadikan kami berdua orang yang taat pada‐Mu, dan jadikanlah keturunan
kami umat yang patuh pada‐Mu. Tunjukkan tata cara dan tempat ibadah haji kami, serta
terimalah taubat kami. Sungguh Kau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al‐Baqarah
[2] 127‐128).
Kampus 2 UAD
Tanggal 4 Ramadhan 1443 H/ 05 April 2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar