KEYAKINAN DIRI DALAM SAUMU
RAMADHAN
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Banyak kegagalan yang
dialami seseorang disebabkan oleh lemahnya keyakinan pada dirinya. Keyakinan
diri dalam kajian psikologi disebutkan dengan self-efficacy, sedangkan dalam
literasi psikologi tasauf/ Islam dekat dengan
istilah ikhtiar al-haq (kesungguhan dalam keyakinan diri). Penjelasan tentang keyakinan diri ada pada
beberapa ayat al-Qur’an kutipan artinya sebagai berikut:
Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan (ikhtiar), dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan (ikhtiar), dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu Qs. an-Nisa [4] 32.
Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia Qs.
ar-Ra’d [13] 11.
Dari
dua ayat di atas Allah SWT dalam al-Qur’an
menjelaskan bahwa setiap manusia akan memperoleh kesempatan yang sama menjadi baik dan
mulia melalui ikhtiar
dirinya dalam keyakinan.
Ikhtiar
diri dalam keyakinan atau keyakinan diri merupakan ikhtiar
al-haq yang dilakukan nafsani akan
membangunkan keshalehan perilaku. Keyakinan
diri akan membantu nafsani menetapkan pilihan keshalehan atau pilihan
keingkaran.
Saumu
ramadhan sebagai bahagian diri pembentukan keshalehan perilaku, spesifik perilaku taqwa. Saumu ramadhan tentu akan menjadi pihan utama
bagi nafsani yang memiliki keyakinan diri yang kuat menggunakan
kesempatan ini benar-benar menjadi taqwa (berikhtiar sunggug-sungguh menjadi
pribadi yang muttaqien).
Keyakinan diri yang kuat sampai membentuk diri/ nafsani berkepribadian muttaqien. Keyakinan diri
yang sampai membentuk kepribadian muttaqien, semua bersumber hati dan jiwa yang telah
memperoleh cahaya iman (cahaya Ilahi). Kekuatan keyakinan diri seperti inilah
yang membentuk keyakinan diri dalam saumu ramadhan dan
bahkan dalam ber-Islam kaffah*.
Penutup tulisan hari ini. Ya Allah, berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka (Qs. al‐Baqarah [2] 201)🤲*
Kampus 2 UAD
Tanggal 07 Ramadhan 1443 H/ 08 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar