DIRI YANG LELAH
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Beberapa malam
yang lalu ada diskusi ringan bersama teman-teman. Diskusi kami menarik disaat
seorang teman mengajukan topik diskusi dengan mengajukan
pertanyaan, sedikit berandai-andai dengan ungkapan “Kapan kita umat
Islam bisa ber-I’tikaf full
(sempurna) di 10 hari terakhir Ramadhan?”.
Saat ini
kita ber-I’tikaf masih dilelahkan oleh kehidupan dunia. I’tikaf kita masih
disibukkan dengan pekerjaan pada siang harinya. Kadang aktifitas pada siang
hari juga cukup padat dan sibuk.
Sementara waktu
malam jelas sangat dimanfaatkan maksimal ber-I’tikaf, berusaha secara penuh beribadah,
shalat dan berzikir serta berdoa dan bertadabbur al-Qur’an, mulai dari waktu berbuka sampai waktu terbit
fajar.
Hamba-hamba
Allah SWT yang bersungguh dengan I’tikaf, mereka melaksanakan shalat tahajut dan berdoa pada waktu malam lambungnya
jauh dari tempat tidur dan sedikit sekali tidur
pada waktu malam. Rangkaian amal shaleh
pada waktu I’tikaf ini sesuai dengan firman Allah SWT, dengan artinya sebagai
berikut:
Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya, dan
mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan berharap, serta
mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan Qs. As-Sajadah [32] 16.
Pada ayat
yang lain: Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata
air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar Qs. Adz-Dzariyat [51] 15-18.
Kembali
pada dikusi di atas, namun dengan pertanyaan lanjutan berikut; “Kapan kita akan
merasakan ber-I’tikaf yang tidak lagi dilelahkan oleh kehidupan dunia? I’tikaf kita
tidak lagi disibukkan dengan dunia pada
waktu siang.
Wallaahu a’lam
Dan Allah yang Maha Mengetahuinya, sepanjang diukur dengan akal nafsani kita rasanya
sulit untuk terlepas dari kelelahan dunia.
Karena
sulit menurut akal nafsani untuk terlepas dari kelelahan dunia, mari kita hadirkan
kecerdasan qalbiah memperkuat keyakinan diri melanjutkankan malam-malam I’tikaf
berharap memperoleh lailatul qadar.
Mari jadikan
lelah kita menjadi lillah. Lillahi ta’ala semata In Syaa Allah lelah kita akan
berbuah surga seperti Qs. Adz-Dzariyat [51] ayat 15 di atas.
Dan
memperoleh Surga Firdaus berikut, artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka
tidak ingin berpindah dari padanya Qs. al-Kahfi [16] 107-108.
Bersyabarlah dalam diri yang lelah,
sebab diri yang lelah bersabar, maka buah kesabarannya keberuntungan yang tak
terhingga baik di dunia mapaun di akhirat kelak, hal ini sesuai dengan firman ayat
al-Qur’an, artinya: Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung Qs. Ali-“Imran
[3] 200).*
Doa penutup tulisan hari ini: Ya Allah Tuhan pencipta langit dan bumi,
Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang shaleh🤲 (Qs. Yusuf [11] 101).*
Kampus 2 UAD Yogyakarta
Tanggal 26 Ramadhan 1443 H/ 27 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar