B E R T A U B A T L A H
[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]
Bagi kami yang satu generasi dan seusia, semenjak akil baligh tentu telah puluhan kali berpuasa
ramadhan. Puasa ramadhan yang telah puluhan
kali ditunaikan tersebut, sebahagian membekas
pada keshalehan perilaku dan ada juga sebaliknya.
Saumu saat ramadhan bagi sebahagian kita telah dapat
menumbuhkan kesadaran diri dalam ber-Islam
kaffah, maka lahir keshalehan perilaku berupa diri yang kuat dalam ber-Islam,
hati yang bersih, dan jiwa yang suci dalam berkehidupan yang sebentar ini, hanya sebatas antrian menunggu
kematian.
Sebaliknya terjadi juga
hal-hal yang berbeda, ramadhan berlalu
tanpa membekas. Setiap kali ramadhan berakhir, berlalu pula rutinitas
keshalehan. Sakit hati kembali dihidupkan
pada hal lisan telah meminta maaf lahir batin dan
halal bi halal telah dilaksanakan. Hasut dan dengki masih menjadi identitas
diri.
Kebencian terhadap saudara seiman masih tertanan,
senang apabila dapat menyakiti.
Kehidupan masih penuh dengan es-em-es, senang
melihat saudara (seiman) susah dan susah meilhat saudara (seaqidah) senang.
Lisan masih gemar berdusta, merasa diri paling
hebat, merasa paling berkuasa, ya kebetulan memang sedang berkuasa. Semua harus ada ACC sangpenguasa, kalau tidak maka akan batal
semua kebaikan yang direncanakan.
Masih berkembang sifat-sifat neo-fir’unisme dalam
kehidupan, hidup senangnya memperkaya diri tidak penting halal dan haram, libas
semua mumpung ada kesempatan, lagi berkuasa saatnya memperkaya diri, walau saumu
dari tahun ketahun masih dijalankan.
Kegiatan dakwah kabar
beritanya juga ada yang menghalang-halanggi, merasa tak enak
diri karena penceramah terlalu keras dalam penyampain, juga dirasuki penyakit hati dengki dan iri, atau hanya sekedar tidak sepaham dan tidak seide, bisa juga merasa bukan seorganisasi (satu bendera).
Inilah ciri sifat-sifat
neo-fir’unisme akhir zaman, semua terbuka didepan mata baik berskala besar
dalam bernegara, maupun berskala kecil dari penguasa-penguasa sekelas pengurus/ takmir
masjid yang lagi berkuasa.
Begitulah realita kehidupan akhir zaman, ramadhan
berlalu pergi tanpa bekas. Bahkan ada perilaku yang sangat memprihatinkan, saat
saumu ramadhanpun masih bisanya memelihara diri dalam kebencian beramal/
beribadah pada saudaranya.
Maka jadilah ramadhan sebatas rutinitas tahunan umat, rutinitas pada
saat bulan ramadhan mirip musinan, seperti; empat musim cuaca di Eropa musim
dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur dengan empat musim berbeda ini
orang-orang di Eropa akan mengubah diri sesuai dengan musim yang sedang
berlangsung.
Di Indonesia juga mengenal banyak musim, mulai
dari musim durian, musim rambutan dan musim mangga seperti itu. Maka setiap
satu musim datang, saat itu selera orang akan berubah menjadi sama, ketika
musim berakhir, memasuki musim berikutnya kecenderungan yang sama selera juga
berubah lagi begitu selanjutnya.
Potret musim seperti di atas
dalam kehidupan spiritual umat juga terjadi,
karakter/ perilaku juga berubah-rubah seperti hal di atas, mungkin umat juga
menganggap ini sebagai musim-musiman, sehingga ramadhan tiba musimnya menjadi
shaleh, sehingga lahirlah perilaku shaleh musiman selama satu bulan disaat ramadhan.
Saat musim ramadhan datang, terjadilah arus
perubahan besar-besaran perilaku
umat seketika di awal ramadhan, yang jarang datang ke masjid berjemaah, bahkan
tidak pernah berjemaah, saat ini terpanggil berjemaah.
Selama ini mengumbar aurat dihadapan orang
banyak, bahkan tidak merasa malu dihadapan malaikat Raqib dan Atib. Saat
Ramadhan datang maka jadilah mereka yang paling shaleh dalam ber-Islam. Hal ini
sangat disayangkan, realita tersebut juga mengejala hampir seluruh generasi Islam.
Bersama kita prihatin dengan muhasabah di
awal-awal ramadhan, berikhtiar kedepan semoga tidak terulang lagi. Marilah kita
rencanakan ramadhan untuk merubah diri kepada kesahalehan
perilaku dan istiqamah dalam
keshalehan tersebut sepenjang hayat. Bertaubatlah bersungguh-sungguhlah menjadi shaleh. Sebab yang diminta bertaubat oleh Allah SWT adalah kita yang telah berikrar sebagai
orang yang beriman, berikut:
… Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung (Qs. An-Nur [24] 31).
Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan-mu
ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: … (Qs.
at-Tahrim [66] 8).
Penutup tulisan hari ini. Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (Qs. at-Tahrim [66] 8).*
Kampus 2 UAD Jogjakarta, 2 Ramadhan 1443 H/ 3
April 2022.
Salam Abdoellah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar