DIRI YANG TERBELENGGU
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Terbelenggu
mungkin ini salah satu ungkapan yang tepat untuk satu
peristiwa, saat nafsani tidak berkuasa mengerakkan dirinya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Ada kisah
menarik bersama teman-teman I’tikaf di satu masjid. I’tikaf di masjid tersebut
dilaksanakan secara mandiri, artinya setiap diri diberikan kebebasan menyiapkan
diri melakukan seluruh rangkaian ibadah I’tikaf sendiri.
Sebahagian
besar jemaah I’tikaf setelah shalat tarawih dan shalat witir, mereka membaca
al-Qur’an beberapa lembar dan ada yang sampai
beberapa juz al-Qur’an.
Setelah itu
Sebahagian besar jemaah mempersiapakan diri untuk istirahat malam (tidur) lebih
awal, dengan harapan agar bisa terbangun ditengah malam untuk melanjutkan
ibadah.
Agar bisa terbangun
tengah malam secara mandiri Sebahagian jemaah memanfaatkan alat bantu berupa
alaram dari hand phone (HP) dan smartphone/ mobile phone
masing-masing.
Alaram diprogram
(stel) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan nafsani. Penetapan kapan
alaram berbunyi, tentu telah disesuaikan dengan kesepakan dengan diri.
Sebahagian
jemaah tidak menggunakan alat bantu HP dan alat bantu lainnya, mereka memanfaatkan
teman jemaah yang bangun lebih awal. Mereka minta bantuan untuk dibangunkan apabila
ada yang bangun lebih awal.
Sebahagian
jemaah yang bangun, terjaga lebih awal mereka hamba-hamba Allah SWT yang luar
biasa terjaga dengan alaram alami yang telah Allah SWT rekayasa sedemikian
rupa.
Diantara
mereka terbangun disebabkan timbul rasa kebutuhan membuang hajat kekamar kecil
(rasa kebelet pipis), hal ini mungkin sama-sama pernah kita alami, saat melihat
kearah jam dinding yang tergantung, bisa juga jam tangan, jam yang pada HP.
Pas
terbangun dan beberapa saat kemudian melihat jam waktunya sesuai dengan
sepertiga malam yang direncanakan. Atau ada juga terbangun ditengah malam
melalui mimpi-mimpi indah yang Allah SWT persiapkan agar diri dapat terbangun
dan bermunajat kepada-Nya.
Pada sisi
yang lain juga banyak diri yang terbelenggu, nafsaninya tidak kuasa menundukkan
dirinya agar terbangun sesuai kesepakan nafsani dengan diri sebelumnya.
Alaram dari
HP dan smartphone/ mobile phone kadang telah berbunyi berulang-ulang
kali tetap saja diantara nafsani tersebut dirinya tidak terbangun dari tidur,
pada hal alat bantu yang digunakan persis berada disisi telingganya.
Ada juga
yang terbangun dan mematikan alaramnya, setelah itu kembali tidur bersamaan
dengan berakhirnya bunyi alaram tersebut.
Ada juga yang
terbangun melalui alaram alami yang telah Allah SWT stel pada dirinya.
Bersyukurlah Allah SWT sedang mempersiapkan diri ini akan dibahagiakan dalam
kehidupan dunia dan akhirat kelak.
Sangat disayangkan
ada juga yang terbangun dengan alaram alami Allah SWT pengusa diri dan alam
semesta. Setelah membuang hajat dikamar kecil, kemudian dengan kelemahan diri,
seolah tidak ada daya kembali kepembaringan tertidur lagi dan terkapar.
Begitulah
realita diri yang terbelenggu, terbelenggu dan akan selalu terbelenggu apabila
diri masih memilih kenikmatan sesaat, renungkanlah ayat berikut:
Dan janganlah kamu seperti orang-orang
yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka
sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik Qs. al-Hasyr [59] 19.
Mari kita perkuat diri, lahirkan pikiran-pikiran yang
sehat, hadirkan hati yang bersih serta jiwa yang suci dalam menerima kebenaran
ilahi dalam berkeyakinan (iman) yang dalam pada diri, memperoleh kesempurnaan
tauhid melepaskan diri yang masih terbelenggu untuk dipersiapkan agar memperoleh
kenikmatan yang sempurna baik baik didunia, maupun di akhirat kelak.
Dan di antara mereka ada orang yang
berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka Qs. Al-Baqarah [2] 201.*
Kampoeng Santri Kotagede Jogjakarta
Tanggal 24 Ramadhan 1443 H/ 25 April
2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar