DIRI YANG DIRINDUKAN
II [Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag.,
S.Psi., M.Si.]* II
Menjadi yang
dirindukan merupakan sebuah kebahagian tersendiri, diri yang dirindukan tidak
dapat dinilai dengan materi. Suami dirindukan istri dan sebaliknya. Orangtua dirindukan
anak-anak mereka, anak-anak juga dirindukan orangtua.
Dirindukan
dan merindukan begitulah hubungan diri apabila telah terbentuk sinergi
emosional ilahiyah dengan sesama. Siapa saja dapat saling merindukan dan
dirindukan saat hati dan jiwa masing-masing nafsani telah dipertemukan (bersatu).
Jalinan
hati yang bersih serta jiwa yang suci berdasarkan pancaran cahaya ilahi (ke-Imanan)
yang kuat, ini akan membentuk sinergi emosional ilahiyah yang akan melahirkan
perasaan bathin yang sakinah (tenang dan damai) antara sesama untuk saling dirindukan
dan merindukan.
Amat banyak ditemukan realita kehidupan bathin setiap nafsani saat ini
seolah saling berjauhan, berdekatan tapi hampa tanpa komunikasi, duduk bareng,
makan dan minum barengan tapi pikiran melayang jauh ke belahan dunia lain.
Berdekatan
tapi tidak saling dirindukan. Nafsani masing-masing asyik dengan dunia mayanya, cenderung kehidupan nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) tidak saling merindukan.
Duduk
berdekatan sayang saling tidak dirindukan, semua fenomena ini disadari atau tidak terdapat pada diri kita
dan juga pada keluarga kita atau bahkan kolompok sosial umat kehidupan
saat ini, dekat tapi berjauhan, dekat tidak
saling menjadi diri yang dirindukan.
Betapa
bahagianya diri ini apabila dapat menjadi diri yang dirindukan, dirindukan
kapan dan nimana saja. Menjadi diri yang dirindukan saat datang dan bertemu
tentu akan dilayani dengan sepenuh dan setulus jiwa.
Penerimaan
sepenuh hati dan setulus jiwa tentu akan melahirkan suasa kebahagian bathin
terdalam dan penuh kenikmantan bathin. Saat ini akan terlihat suasa hati dan
jiwa yang terjalin begitu tentram dan damai, terpancar kebahagian yang tulus
dari diri yang dirindukan dan diri yang merindukan.
Betapa
bahagia diri menjadi yang dirindukan. Maka berikhtiarlah untuk menjadi diri
yang dirindukan dirindukan, dirindukan pasangan, dirindukan saudara-saudara, dirindukan anak-anak,
dirindukan jemaah, dirindukan para murid dan para santri.
Bahkan
jauh lebih sempurna kebahagian diri apabila diri dirindukan oleh pemilik diri
Allah SWT Rabb pemilik dan penguasa alam semesta. Sungguh inilah kebahagian
hakiki, kebahagian yang sempurna, kebahagian yang tiada tara menjadi diri yang
dirindukan Rabb Allah SWT yang Maha Kuasa.
Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut, artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku Qs. Al-Fajr [89] 27-30.*
Penutup tulisan hari ini: Ya Allah,
masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku dengan cara
yang benar🤲Qs.
Al-Isra’ [17] 80.
Kampoeng Santri Kotagede Jogjakarta
Tanggal 29 Ramadhan 1443 H/ 30 April 2022 H.
Salam Abdoellah
*Dosen Psikologi Islam UAD Yogyakarta