Sabtu, 18 Februari 2012

Personal Sources Models




Personal Sources Models*

                        Model-model pengajaran personal memiliki beberapa tujuan. 1). Menuntun siswa untuk memiliki kekuatan mental yang lebih baik dan kesehatan emosi yang lebih memadai dengan cara mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan realistik serta menumbuhkan empati pada orang lain. 2). Meningkatkan proporsi pendidikan yang berasal dari kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, melibatkan semua siswa dalam proses menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. 3). Mengembangkan jenis-jenis pemikiran kualitatif tertentu, seperti kreativitas dan ekspresi pribadi.
            Kelompok model personal merupakan model yang dilakukan untuk menaikkan derajat dan kualitas belajar siswa. Model pengajaran personal akan meningkatkan prestasi akademik yang juga berdampak pada psikologi pembelajar. Beberapa penelitian (Roebuck, Buhler, dan Aspy, 1976) yang menunjukkan bahwa guru yang mengembangkan model personal sangatlah potensial untuk meningkatkan prestasi siswa.
            Model pengajaran personal merupakan materi yang sulit untuk diteliti, karena “proses-proses” pengajaran secara alamiah akan berubah saat siswa memiliki kemampuan yang lebih memadai dalam meningkatkan perkembangan mereka. Namun jika model ini diaplikasikan dengan baik dan benar, maka akan memberikan pengaruh dan hasil yang positif dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

1.   Pengajaran Tidak Terarah (Pengajaran Berpusat Pada Pribadi Siswa)
Model pengajaran tidak terarah(model pengajaran berpusat pada pribadi) didasarkan pada karya Carl Rogers (1961, 1971) dan beberapa penggagas lain yang memberi bimbingan mengenai model ini. Rogers memperluas pandangannya tentang terapi dalam dunia pendidikan sebagai model pengajaran. Dia percaya bahwa hubungan positif antar sesama manusia memudahkan mereka tumbuh. Karena itu instruksi yang ada seharusnya didasarkan pada konsep-konsep mengenai hubungan sesama yang dibandingkan dengan konsep-konsep dalam materi pelajaran.
Fokus penggunaan model pengajaran tak terarah ini untuk memberi nuansa lain dalam pengajaran, yaitu untuk menjaga dan mempertahankan kerangka berfikir siswa, menjaga pusat perkembangan diri mereka, serta membantu mereka mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Dari sikap yang tidak terarah (nondirective stance), peran guru adalah sebagai fasilitator yang menjalankan relasi konseling(bimbingan) pada para siswa serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dalam peran ini guru membantu siswa mengeksplorasi gagasan baru terkait dengan kehidupan, tugas, akademik, dan hubungan siswa dengan orang lain. Model ini menciptakan sebuah lingkungan yang memudahkan siswa dan guru bekerja sama dalam proses pembelajaran. Model ini juga memudahkan siswa untuk saling berbagi gagasan secara terbuka serta membangun komunikasi yang sehat.
Model pengajaran berpusat pada pribadi memiliki empat kualitas yaitu: 1). Guru menunjukkan kehangatan dan keakrapan serta tanggap terhadap tindakan siswa. 2). Siswa boleh mengungkapkan apapun yang bersangkutan dengan perasaan, dan guru jangan menghakimi dan mendakwahkan benar-salah. 3). Siswa memiliki kebebasan mengungkapkan perasaan secara simbolik, namun tidak berarti siswa bebas seenaknya mengontrol guru. 4). Hubungan tersebut terbebas dari hal-hal yang berbau paksaan dan tekanan.

Struktur Pengajaran.
1.     Menjabarkan keadaann yang membutuhkan Bantuan. Guru dalam mendorong adanya pengungkapan perasaan yang bebas dari siswa.
2.     Mengeksplorasi masalah. Siswa didorong untuk memjabarkan masalah. Guru menerima dan menjelaskan perasaan.Mengembangkan wawasan. Siswa mendiskusikan masalah, guru mendukung masalah.
3.     Merencanakan dan membuat Keputusan. Siswa merencanakan proses awal dalam pembuatan keputusan. Guru memperjelas keputusan yang mungkin akan diambil.
4.     Keterpaduan. Siswa mendapat wawasan lebih dalam dan mengembangkan tindakan yang lebih positif. Guru bertindak sebagai supporter.

System Sosial.
Sebagai struktur  eksternal: guru memfasilitasi, siswa memulai, dan diskusi menjadi masalah inti. Ganjaran (reward) hukuman (punishment) tidak diterapkan dalam strategi ini.  Reward merupakan hal instriksik yang meliputi penerimaan, empati, dan pengertian dari guru.

Peran/tugas guru.
Guru menjangkau siswa, berempati, bertindak untuk membantu siswa menjabarkan masalah, dan bertindak untuk mencapai solusi-solusi.

System Pendukung.
Guru membutuhkan tempat tenang  untuk mengadakan kontak empat mata, pusat sumber daya untuk berkonferensi dan berdiskusi mengenai kontrak-kontrak akademik.

2.   Mengembangkan Konsep Diri yang Positif
Abraham Maslow (1962) dan Carl Rogers (1961) mengembangkan rumusan tentang pertumbuhan personal dan fungsinya untuk membimbing proses memahami dan menghadapi perbedaan-perbedaan individu sebagai respons terhadap lingkungan social dan fisik. Teori mereka lebih fokus pada pandangan mengenai diri (views of self)  atau konsep diri (self-concept)  para individu dari pada fokus pada sikap dan perkembangan intelektual. Mereka berpendirian bahwa kompetensi kita untuk berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku aktualisasi diri. Dengan kepercayaan diri yang kuat interaksi yang terjadi akan produktif. Orang yang menerapkan aktualisasi diri ini melakukan interaksi yang penuh nilai dengan lingkungan sekitarnya, menemukan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dan memberikan sumbangan berarti terhadap proses perkembangan orang lain.

ULASAN:
         
Model-model Pengajaran Personal yang dikemukakan Carl Rogers (1961) dan Abraham Maslow (1962), menekankan model pembelajaran yang berpusat pada siswa(Client Centered). Model ini fokus pada upaya menaikkan derajat dan kualitas pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa guru yang mengembangkan model personal, potensial untuk meningkatkan prestasi prestasi siswa. (Roebuck, Buhler, dan Aspy, 1976)
            Model pembelajaran yang berpusat pada pribadi memang sulit untuk diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia ini. Karena selain system pendidikan kita berorientasi pada pencapaian kurikulum, model ini memerlukan “keahlian “ guru untuk penerapannya. Guru harus bisa bersikap hangat, simpati dan juga respektif. Guru harus menghormati kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah mereka sendiri dan merumuskan sebuah solusi. Guru berperan sebagai fasilitator yang fokus pada perasaan siswa. Siswa maupun guru sama-sama memiliki tanggung jawab dalam sebuah diskusi, namun seringkali guru haruslah membuat semacam respon bimbingan untuk mengarahkan percakapan. Model ini juga dapat diterapkan untuk beberapa situasi masalah seperti masalah pribadi, social, dan akademik.
            Meskipun untuk mengaplikasikan model ini perlu keahlian guru dan terkesan sulit, namun apabila guru dapat mengaplikasikan dengan baik dan benar, maka ia akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aspek kognitif(pembelajaran), afektif(kesadaran diri, konsep diri) dan psikimotor(kemampuan, keterampilan) pada diri siswa.
Sedangkan pada pembelajaran tentang Mengembangkan Konsep Diri yang Positif, juga mengarah pada tumbuh dan berkembangnya siswa. Apapun yang dilakukan guru diharapkan berdampak positif pada siswa. Oleh karena itu hendaknya guru mengaktualisasikan siksp dan tindakan yang positif dan produktif. Guru sebagai model, apa yang dilakukan guru akan berdampak pada siswa. Jika guru memperagakan kepasifan, berarti guru menyuruh siswa bersikap pasif. Jika guru memperagakan sikap yang aktif, berarti guru  mendorong siswa untuk bertindak aktif. 
            Penelitian mengenai aneka model pengajaran dapat mendorong siswa untuk mempelajari serta meneliti bagaimana cara belajar dan merespons lingkungan pengajaran/pembelajaran yang berbeda. Semakin banyak keterampilan yang dikembangkan siswa, semakin luas repertoar yang mereka buat. Komunitas pembelajaran yang berkembang dalam sekolah dan ruang kelas dapat mempengaruhi bagaimana siswa menilai diri mereka sendiri, bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana mereka belajar. Dan pada akhirnya pembelajaran model ini akan menjadikan siswa seperti yang kita bentuk, dan sebagian dari pengaruh kita pada mereka tergantung pada kondisi pertumbuhan kita, konsep diri kita sendiri, serta bagaimana kita.komunikasikan konsep-konsep tersebut terhadap siswa.

*Sumber: Disadur dari Tugas Makalah Psikologi Pendidikan Lanjut Susilowati Mahasiswa PPs BK UM Angkatan 2011.

1 komentar: