Minggu, 12 Februari 2012

INFORMATION PROCESSING MODELS




Ketika kami mengatakan bahwa psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi, yang kami maksudkan adalah bahwa psikologi kognitif  berkutat dengan cara kita memperoleh dan memproses informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berfikir dan menyusun bahasa, dan bagaimana proses-proses ini ditampilkan dalam prilaku yang dapat diamati (Solso dkk, 1979).
Pemrosesan informasi lazimnya dihubungkan dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi menurut urutan waktu, dan banyaknya model kognitif menggunakan pendekatan ini.  Perspektif ini diawali dengan tiga asumsi. Kognisi dapat dipahami dengan menganalisanya menjadi serangkaian tahapan yang sebagian besar terjadi berurutan. Dalam setiap tahap, terjadi proses unik terkait informasi yang masuk. Respon yang ditimbulkan diasumsikan sebagai hasil dari rangkaian tahapan dan operasi ini. Setiap tahap menerima informasi dari tahap sebelumnya dan kemudian menjalankan fungsinya yang unik. Setiap komponen dalam pemrosesan informasi salaing terhubung satu sama lain.
Sebuah model pemrosesan informasi paling awal dan paling sering dikutip membahas memori. Tahun 1890, William James mengembangkan konsep memori menjadi memori primer dan memori sekunder. Memori utama dihipotesiskan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang bersifat seketika, sedangkan memori sekunder diasumsikan sebagai memori yang permanen.
Sebuah revisi lanjutan model pemrosesan informasi James dilakukan oleh Waugh dan Norman (1965) yang cukup memuaskan kebutuhan akan model yang lebih representatif. Meskipun demikian, model ini juga masih simplistik. Dibanding model memori masa kini. Model pemrosesan informasi  Waugh dan Norman tidak dapat menggambarkan keseluruhan proses memori manusia beserta sistem penyimpanannya secara akurat.
Model pemrosesan informasi James dan Waugh dan Norman didasarkan pada rangkaian peristiwa-peristiwa. Sebuah stimulus memasuki indra, kita mendeteksinya, melalui system sensorik, kita menyimpan dan mengubahnya dalam memori, dan kita bereaksi terhadap memori itu. Kita mungkin telah mengamati bahwa model kognisi manusia menyerupai tahapan-tahapan dalam pemrosesan komputer.
Tahun 1968 Richard Atkinson dan Richard Shiffrin menngusulkan sebuah model pemrosesan informasi alternatif yang mengonsep memori berdasarkan tiga bentuk simpanan; 1) tempat penyimpanan cerapan indra, disebut memori cerapan indra, yaitu kemampuan memori menyimpan sejumlah informasi indra yang relative terbatas untuk periode yang sangat singkat, 2)  tempat menyimpan informasi untuk waktu yang singkat, disebut memori jangka pendek, yaitu kemampuan memori menyimpan informasi persepsi untuk jumlah waktu yang lebih lama namun dengan kapasitas yang relatif terbatas, dan 3) tempat penyimpanan informasi untuk waktu yang sangat lama, disebut memori jangka panjang, sebuah kapasitas memori yang sangat besar dalam kemampuannya menyimpan berbagai informasi pengalaman untuk periode yang sangat panjang, bahkan mungkin untuk waktu yang tak terbatas.
Dalam suatu kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian  mengolah informasi tersebut di dalam memori. Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang pemrosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa informasi diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short Term Memory, dan Long Term Memory (Huit, 2003; Flavell, 1985; Woolfolk, 2004; Gagne, 1985).
Pertama, tahap Sensory Memory, tahap pemrosesan informasi yang pertama ini sangat penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki fitur atau ciri khas yang menarik dan jika informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge).
Kedua, tahap Short Term Memory  berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Informasi yang masuk ke dalam shor term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long term memory.
Ketiga, Penyimpanan informasi dalam long term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas penyimpanan dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan "ruang" untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa alasan.
ULASAN TEORITIK DAN PENERAPANNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
 Proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan,  perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne (1985) bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi merupakan  teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Model pemrosesan informasi berdasarkan teori kognitif tentang belajar melalui tiga komponen sistem memori; komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, individu harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, individu memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Komponen ketiga; Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.
Menurut model tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik & Lockhart, 2002).
Pengulangan (rehearsal) yang memegang peranan penting dalam pendekatan model penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun, menurut pandangan model tingkat pemrosesan, hanya mengulang-ngulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk. Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah ada dalam ingatan (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Telah disebutkan bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga pengajaran membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002).

DAFTAR BACAAN

Atkinson, R., & Shiffrin, R. 1968. Human Memory: A proposed system and its control processes, New York: Academic Press.
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Flavell, J,H. 1985. Cognitive Development, 2nd Ed. New Jersey: Prentice Hall.
Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Ed.). W.H. Freeman & Co., New York.
Gagne, E, D. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston: Little, Brown & Company.
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. 1979. Psikologi Kognitif (Edisi Kedelapan). Terjemahan: Rahardanto, M., & Batuadji, K. 2007. Jakarta: Erlangga.
Sternberg, R.J. 2006. Cognitive Psychology, (Fourth Edition). USA: Thomson Wadsworth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar