Jumat, 29 November 2024

MENGHADIRKAN HATI YANG TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَـٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah SWT). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah SWT, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [Surat Al-Hajj (22) ayat 32]

 

 

Hati yang taqwā merupakan inti dari kehidupan seorang Muslim yang sejati. Ketaqwaan, sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Al-Hajj (22) ayat 32, berkaitan langsung dengan cara diri mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah SWT. Syi'ar-syi'ar Allah SWT mencakup berbagai syari’at al-Islam, baik dalam bentuk ibadah maupun perbuatan yang menunjukkan ketaatan kepada-Nya. Ayat tersebut menegaskan bahwa ketaqwaan seseorang tercermin dalam cara ia mentaati dan memuliakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Dalam hal ini, ketaqwaan bukan hanya berupa ritual belaka, tetapi juga suatu sikap batin yang penuh rasa ketundukan, ketaatan, dan cinta kepada Allah SWT. Dengan demikian, hati yang taqwā akan senantiasa memandu diri untuk selalu berbuat baik dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT dan sesama.

 

Sebagai hasil dari ketaqwaan, diri akan merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hatinya, yang kemudian mempengaruhi segala aspek kehidupannya. Ketaqwaan yang berasal dari hati yang tulus akan membimbing diri untuk tidak hanya mengikuti perintah Allah SWT, tetapi juga menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah SWT tidak semata-mata merupakan tindakan fisik, tetapi juga penghayatan yang mendalam dalam setiap langkah kehidupan. Dengan begitu, hati yang taqwā adalah hati yang senantiasa diliputi oleh cahaya petunjuk Allah SWT, yang mengarahkan setiap perbuatan menuju kebaikan dan kemuliaan.

 

 

 

Kampus 2 UAD, DI Yogayakarta

Tanggal 01 Jumadil Akhir 1446 H/ 29 November 2024 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 22 November 2024

MENGHADIRKAN NAFSU YANG TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

 

  وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

 

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. [Surat Yusuf (12) ayat 53]

 

Ayat dari Surat Yusuf mengandung refleksi mendalam tentang sifat manusia dan perjuangan melawan nafsu. Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada yang bisa membebaskan diri dari kesalahan, karena nafsu cenderung mendorong kepada keburukan. Hanya dengan rahmat Tuhan, seseorang dapat terhindar dari pengaruh buruk tersebut.

 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat salah, Allah SWT selalu ada dengan pengampunan dan kasih sayang-Nya. Pesan utama adalah pentingnya kesadaran diri, kesadaran ilahiyah dan pengharapan akan rahmat Allah SWT dalam menghadapi tantangan hidup. Ini adalah pengingat bahwa kita harus terus berusaha untuk memperbaiki diri sambil berharap pada pengampunan-Nya untuk sampai menuntun diri mencapai titik nafsu yang Taqwa.

 

 

Pilahan Koto Gadang, DI Yogayakarta

Tanggal 20 Jumadil Awal 1446 H/ 22 November 2024 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 15 November 2024

CAHAYA QALBU CAHAYA KEMULIAAN

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Hati Diri Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّـٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَـٰتِ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

 

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 257]

 

Qalbu (hati) sebagai tempat bertumbuhnya keimanan, tidak akan mampu bersinar jika masih tertutup oleh bayang-bayang duniawi. Dalam kesibukan dan godaan kehidupan dunia, qalbu mudah terselimuti oleh keinginan-nafsu yang mengaburkan cahaya Allah SWT. Tidak mungkin hati akan merasakan kedamaian dan kebeningan ketika ikatan dengan duniawi begitu kuat, memadamkan nur Ilahi yang seharusnya memancar dari dalam diri. Seperti cermin yang dipenuhi debu, qalbu yang tercemar oleh nafsu dan kelalaian tidak akan mampu memantulkan kebenaran atau menerima pencerahan dari Sang Maha Pencipta.

 

Bagi yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, qalbu harus dibersihkan dan disucikan terlebih dahulu. Qalbu yang penuh dengan nafsu, kesalahan, dan kelalaian tidak dapat menggapai cahaya-Nya, karena ia belum siap untuk menerima rahasia-rahasia Ilahi. Hanya melalui tobat, kesungguhan dalam memperbaiki diri, dan menyelaraskan niat dengan kehendak-Nya, seorang hamba bisa mendekatkan dirinya pada kebenaran yang hakiki. Allah SWT, sebagai Pelindung orang-orang beriman, akan mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran menuju cahaya iman, cahaya kemuliaan. Sebaliknya, orang yang berpaling dari-Nya akan dibiarkan terperangkap dalam kegelapan nafsu dan kebodohan, yang membawa mereka kepada kehancuran abadi di akhirat.

 

Pilahan Koto Gadang, DI Yogayakarta

Tanggal 13 Jumadil Awal 1446 H/ 15 November 2024 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta