Personal
Sources Models*
Model-model
pengajaran personal memiliki beberapa tujuan. 1). Menuntun siswa untuk memiliki
kekuatan mental yang lebih baik dan kesehatan emosi yang lebih memadai dengan
cara mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan realistik serta menumbuhkan
empati pada orang lain. 2). Meningkatkan proporsi pendidikan yang berasal dari
kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, melibatkan semua siswa dalam proses menentukan
apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. 3). Mengembangkan
jenis-jenis pemikiran kualitatif tertentu, seperti kreativitas dan ekspresi
pribadi.
Kelompok model personal merupakan model yang dilakukan
untuk menaikkan derajat dan kualitas belajar siswa. Model pengajaran personal
akan meningkatkan prestasi akademik yang juga berdampak pada psikologi
pembelajar. Beberapa penelitian (Roebuck, Buhler, dan Aspy, 1976) yang
menunjukkan bahwa guru yang mengembangkan model personal sangatlah potensial
untuk meningkatkan prestasi siswa.
Model pengajaran personal merupakan materi yang sulit
untuk diteliti, karena “proses-proses” pengajaran secara alamiah akan berubah
saat siswa memiliki kemampuan yang lebih memadai dalam meningkatkan
perkembangan mereka. Namun jika model ini diaplikasikan dengan baik dan benar,
maka akan memberikan pengaruh dan hasil yang positif dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
1.
Pengajaran Tidak Terarah (Pengajaran Berpusat Pada
Pribadi Siswa)
Model pengajaran tidak terarah(model pengajaran berpusat
pada pribadi) didasarkan pada karya Carl Rogers (1961, 1971) dan beberapa
penggagas lain yang memberi bimbingan mengenai model ini. Rogers memperluas
pandangannya tentang terapi dalam dunia pendidikan sebagai model pengajaran.
Dia percaya bahwa hubungan positif antar sesama manusia memudahkan mereka
tumbuh. Karena itu instruksi yang ada seharusnya didasarkan pada konsep-konsep
mengenai hubungan sesama yang dibandingkan dengan konsep-konsep dalam materi
pelajaran.
Fokus penggunaan model pengajaran tak terarah ini untuk
memberi nuansa lain dalam pengajaran, yaitu untuk menjaga dan mempertahankan
kerangka berfikir siswa, menjaga pusat perkembangan diri mereka, serta membantu
mereka mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Dari sikap yang tidak terarah (nondirective stance), peran guru adalah sebagai fasilitator yang
menjalankan relasi konseling(bimbingan) pada para siswa serta mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dalam peran ini guru membantu siswa
mengeksplorasi gagasan baru terkait dengan kehidupan, tugas, akademik, dan hubungan
siswa dengan orang lain. Model ini menciptakan sebuah lingkungan yang
memudahkan siswa dan guru bekerja sama dalam proses pembelajaran. Model ini
juga memudahkan siswa untuk saling berbagi gagasan secara terbuka serta
membangun komunikasi yang sehat.
Model pengajaran berpusat pada pribadi memiliki empat
kualitas yaitu: 1). Guru menunjukkan kehangatan dan keakrapan serta tanggap
terhadap tindakan siswa. 2). Siswa boleh mengungkapkan apapun yang bersangkutan
dengan perasaan, dan guru jangan menghakimi dan mendakwahkan benar-salah. 3).
Siswa memiliki kebebasan mengungkapkan perasaan secara simbolik, namun tidak
berarti siswa bebas seenaknya mengontrol guru. 4). Hubungan tersebut terbebas
dari hal-hal yang berbau paksaan dan tekanan.
Struktur Pengajaran.
1.
Menjabarkan
keadaann yang membutuhkan Bantuan. Guru
dalam mendorong adanya pengungkapan perasaan yang bebas dari siswa.
2.
Mengeksplorasi masalah. Siswa didorong untuk memjabarkan masalah. Guru menerima dan menjelaskan
perasaan.Mengembangkan wawasan. Siswa
mendiskusikan masalah, guru mendukung masalah.
3.
Merencanakan dan membuat Keputusan. Siswa merencanakan proses awal dalam pembuatan
keputusan. Guru memperjelas keputusan yang mungkin akan diambil.
4.
Keterpaduan. Siswa
mendapat wawasan lebih dalam dan mengembangkan tindakan yang lebih positif.
Guru bertindak sebagai supporter.
System Sosial.
Sebagai struktur eksternal: guru memfasilitasi, siswa
memulai, dan diskusi menjadi masalah inti. Ganjaran (reward) hukuman (punishment) tidak
diterapkan dalam strategi ini. Reward merupakan hal instriksik yang
meliputi penerimaan, empati, dan pengertian dari guru.
Peran/tugas guru.
Guru
menjangkau siswa, berempati, bertindak untuk membantu siswa menjabarkan
masalah, dan bertindak untuk mencapai solusi-solusi.
System Pendukung.
Guru
membutuhkan tempat tenang untuk
mengadakan kontak empat mata, pusat sumber daya untuk berkonferensi dan
berdiskusi mengenai kontrak-kontrak akademik.
2.
Mengembangkan Konsep Diri yang Positif
Abraham Maslow (1962) dan Carl Rogers (1961) mengembangkan
rumusan tentang pertumbuhan personal dan fungsinya untuk membimbing proses
memahami dan menghadapi perbedaan-perbedaan individu sebagai respons terhadap
lingkungan social dan fisik. Teori mereka lebih fokus pada pandangan mengenai
diri (views of self) atau konsep diri (self-concept) para individu
dari pada fokus pada sikap dan perkembangan intelektual. Mereka berpendirian
bahwa kompetensi kita untuk berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi
oleh sikap dan penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku
aktualisasi diri. Dengan kepercayaan diri yang kuat interaksi yang terjadi akan
produktif. Orang yang menerapkan aktualisasi diri ini melakukan interaksi yang
penuh nilai dengan lingkungan sekitarnya, menemukan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang dan memberikan sumbangan berarti terhadap proses perkembangan orang
lain.
ULASAN:
Model-model
Pengajaran Personal yang dikemukakan Carl Rogers (1961) dan Abraham Maslow
(1962), menekankan model pembelajaran yang berpusat pada siswa(Client Centered).
Model ini fokus pada upaya menaikkan derajat dan kualitas pembelajaran.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa guru yang mengembangkan model
personal, potensial untuk meningkatkan prestasi prestasi siswa. (Roebuck,
Buhler, dan Aspy, 1976)
Model pembelajaran yang berpusat pada pribadi memang
sulit untuk diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia ini. Karena selain
system pendidikan kita berorientasi pada pencapaian kurikulum, model ini
memerlukan “keahlian “ guru untuk penerapannya. Guru harus bisa bersikap
hangat, simpati dan juga respektif. Guru harus menghormati kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi masalah mereka sendiri dan merumuskan sebuah solusi.
Guru berperan sebagai fasilitator yang fokus pada perasaan siswa. Siswa maupun
guru sama-sama memiliki tanggung jawab dalam sebuah diskusi, namun seringkali
guru haruslah membuat semacam respon bimbingan untuk mengarahkan percakapan.
Model ini juga dapat diterapkan untuk beberapa situasi masalah seperti masalah
pribadi, social, dan akademik.
Meskipun untuk mengaplikasikan model ini perlu keahlian
guru dan terkesan sulit, namun apabila guru dapat mengaplikasikan dengan baik
dan benar, maka ia akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aspek kognitif(pembelajaran),
afektif(kesadaran diri, konsep diri) dan psikimotor(kemampuan, keterampilan)
pada diri siswa.
Sedangkan
pada pembelajaran tentang Mengembangkan Konsep Diri yang Positif, juga mengarah
pada tumbuh dan berkembangnya siswa. Apapun yang dilakukan guru diharapkan
berdampak positif pada siswa. Oleh karena itu hendaknya guru mengaktualisasikan
siksp dan tindakan yang positif dan produktif. Guru sebagai model, apa yang
dilakukan guru akan berdampak pada siswa. Jika guru memperagakan kepasifan, berarti
guru menyuruh siswa bersikap pasif. Jika guru memperagakan sikap yang aktif, berarti
guru mendorong siswa untuk bertindak
aktif.
Penelitian mengenai aneka model pengajaran dapat
mendorong siswa untuk mempelajari serta meneliti bagaimana cara belajar dan
merespons lingkungan pengajaran/pembelajaran yang berbeda. Semakin banyak
keterampilan yang dikembangkan siswa, semakin luas repertoar yang mereka buat.
Komunitas pembelajaran yang berkembang dalam sekolah dan ruang kelas dapat
mempengaruhi bagaimana siswa menilai diri mereka sendiri, bagaimana mereka
berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana mereka belajar. Dan pada akhirnya
pembelajaran model ini akan menjadikan siswa seperti yang kita bentuk, dan
sebagian dari pengaruh kita pada mereka tergantung pada kondisi pertumbuhan
kita, konsep diri kita sendiri, serta bagaimana kita.komunikasikan
konsep-konsep tersebut terhadap siswa.
*Sumber:
Disadur dari Tugas Makalah Psikologi Pendidikan Lanjut Susilowati Mahasiswa PPs
BK UM Angkatan 2011.
Thanks gan infonya...sangat bermanfaat
BalasHapus