Ketika kami
mengatakan bahwa psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi,
yang kami maksudkan adalah bahwa psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan
memproses informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan
diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berfikir dan menyusun
bahasa, dan bagaimana proses-proses ini ditampilkan dalam prilaku yang dapat diamati
(Solso dkk, 1979).
Pemrosesan
informasi lazimnya dihubungkan dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang
terjadi menurut urutan waktu, dan banyaknya model kognitif menggunakan
pendekatan ini. Perspektif ini diawali
dengan tiga asumsi. Kognisi dapat dipahami dengan menganalisanya menjadi
serangkaian tahapan yang sebagian besar terjadi berurutan. Dalam setiap tahap,
terjadi proses unik terkait informasi yang masuk. Respon yang ditimbulkan
diasumsikan sebagai hasil dari rangkaian tahapan dan operasi ini. Setiap tahap
menerima informasi dari tahap sebelumnya dan kemudian menjalankan fungsinya
yang unik. Setiap komponen dalam pemrosesan informasi salaing terhubung satu
sama lain.
Sebuah model
pemrosesan informasi paling awal dan paling sering dikutip membahas memori.
Tahun 1890, William James mengembangkan konsep memori menjadi memori primer dan
memori sekunder. Memori utama dihipotesiskan berhubungan dengan
kejadian-kejadian yang bersifat seketika, sedangkan memori sekunder diasumsikan
sebagai memori yang permanen.
Sebuah revisi
lanjutan model pemrosesan informasi James dilakukan oleh Waugh dan Norman
(1965) yang cukup memuaskan kebutuhan akan model yang lebih representatif.
Meskipun demikian, model ini juga masih simplistik. Dibanding model memori masa
kini. Model pemrosesan informasi Waugh
dan Norman tidak dapat menggambarkan keseluruhan proses memori manusia beserta
sistem penyimpanannya secara akurat.
Model pemrosesan
informasi James dan Waugh dan Norman didasarkan pada rangkaian
peristiwa-peristiwa. Sebuah stimulus memasuki indra, kita mendeteksinya,
melalui system sensorik, kita menyimpan dan mengubahnya dalam memori, dan kita
bereaksi terhadap memori itu. Kita mungkin telah mengamati bahwa model kognisi
manusia menyerupai tahapan-tahapan dalam pemrosesan komputer.
Tahun 1968 Richard
Atkinson dan Richard Shiffrin menngusulkan sebuah model pemrosesan informasi
alternatif yang mengonsep memori berdasarkan tiga bentuk simpanan; 1) tempat
penyimpanan cerapan indra, disebut memori cerapan indra, yaitu kemampuan memori
menyimpan sejumlah informasi indra yang relative terbatas untuk periode yang
sangat singkat, 2) tempat menyimpan
informasi untuk waktu yang singkat, disebut memori jangka pendek, yaitu
kemampuan memori menyimpan informasi persepsi untuk jumlah waktu yang lebih
lama namun dengan kapasitas yang relatif terbatas, dan 3) tempat penyimpanan
informasi untuk waktu yang sangat lama, disebut memori jangka panjang, sebuah
kapasitas memori yang sangat besar dalam kemampuannya menyimpan berbagai
informasi pengalaman untuk periode yang sangat panjang, bahkan mungkin untuk
waktu yang tak terbatas.
Dalam suatu
kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut di dalam memori. Richard
Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang
pemrosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa informasi
diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short
Term Memory, dan Long Term Memory (Huit, 2003; Flavell, 1985;
Woolfolk, 2004; Gagne, 1985).
Pertama, tahap Sensory Memory, tahap pemrosesan informasi
yang pertama ini sangat penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan
pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar
terhadap informasi yang baru diterimanya ini menjadi sangat diperlukan.
Pembelajar akan memberikan perhatian yang lebih terhadap informasi jika
informasi tersebut memiliki fitur atau ciri khas yang menarik dan jika
informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya (prior knowledge).
Kedua, tahap Short Term Memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan
seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Informasi
yang masuk ke dalam shor term memory berangsur-angsur menghilang
ketika informasi tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term
memory ini terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan
masuk ke dalam tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long term
memory.
Ketiga, Penyimpanan
informasi dalam long term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa
yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk komputer atau pun
perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas penyimpanan dalam long-term
memory ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi penyimpanan
seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut tak terbatas dalam arti bahwa tidak
ada seseorang pun yang pernah kekurangan "ruang" untuk menyimpan
informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur hidup
diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak
akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak
berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa alasan.
ULASAN TEORITIK DAN PENERAPANNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan, perkembangan
merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne (1985) bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Model pemrosesan informasi
merupakan teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Model pemrosesan
informasi berdasarkan teori kognitif tentang belajar melalui tiga komponen sistem
memori; komponen pertama dari sistem
memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan.
Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan
menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila
tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register
penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register
penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, individu
harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat.
Kedua, individu memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat
dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi
seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari
stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi
dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian,
akan ditransfer ke komponen kedua
dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah
sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik.
Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah
memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru
mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Komponen ketiga; Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat
menyimpan informasi untuk periode panjang.
Menurut model tingkat
pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat
kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu
informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai
contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi
dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian
juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli
atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih
mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi
perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada
stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik &
Lockhart, 2002).
Pengulangan (rehearsal) yang memegang peranan penting
dalam pendekatan model penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model
tingkat pemrosesan. Namun, menurut pandangan model tingkat pemrosesan, hanya
mengulang-ngulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan
yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal
ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk.
Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk
diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah
ada dalam ingatan (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).
Telah disebutkan
bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar
upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut
akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam
penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga pengajaran
membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002).
DAFTAR
BACAAN
Atkinson, R., & Shiffrin, R. 1968. Human Memory: A proposed system and its
control processes, New York: Academic Press.
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Flavell, J,H. 1985. Cognitive Development, 2nd
Ed. New Jersey: Prentice Hall.
Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology
(3rd Ed.). W.H. Freeman & Co., New York.
Gagne, E, D. 1985. The Cognitive Psychology of School
Learning. Boston: Little, Brown & Company.
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. 1979. Psikologi Kognitif (Edisi Kedelapan).
Terjemahan: Rahardanto, M., & Batuadji, K. 2007. Jakarta: Erlangga.
Sternberg, R.J. 2006. Cognitive Psychology, (Fourth Edition). USA: Thomson Wadsworth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar