Selasa, 11 Februari 2025

BERBAHAGIA SONSONG RAMADHAN 1446 H

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

 يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, [Surat Al-Baqarah (2) ayat 183].

 

Ramadhan 1446 H tinggal menghitung hari. Tradisi songsong bulan suci Ramadhan, perlu diperkuat dengan beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan ibadah, memperbaiki diri hati dan jiwa. Berikut langkah-langkah yang dapat membantu diri agar meraih kebahagiaan dalam bulan yang penuh berkah tersebut:

 

1.    Menyempurnakan Puasa Tahun Lalu yang Belum Selesai
Bagi setiap diri yang belum menyelesaikan puasa tahun lalu karena alasan tertentu, seperti sakit atau haid, disarankan untuk segera mengganti puasa tersebut. Hal ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai bentuk penyempurnaan ibadah yang telah tertunda.

 

2.    Bermaaf-maafan
Salah satu tradisi yang baik dilakukan menjelang Ramadhan adalah saling bermaaf-maafan, terutama antara anak dan orangtua, serta sesama kerabat. Bermaaf-maafan membantu membersihkan hati dari dendam dan kesalahan, serta mempererat hubungan keluarga dan sosial.

 

3.    Memperbanyak Puasa Sunah
Di waktu yang masih ada menjelang Ramadhan, diri dapat berlatih menjalankan puasa sunah seperti puasa Senin Kamis dan puasa Daud (satu hari puasa, satu hari berbuka) sangat dianjurkan untuk meningkatkan ketaqwaan. Puasa ini tidak hanya menambah pahala, tetapi juga memperkuat spiritualitas diri hati dan jiwa dalam mempersiapkan diri songsong Ramadhan 1446 H.

 

4.    Memperbanyak Membaca Al-Qur'an
Melatih memperbanyak membaca Al-Qur'an, belajar, mendalami, serta mengamalkan Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Memahami makna Al-Qur'an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan kedamaian dan keberkahan, terutama akan memperkuat dan memudahkan diri memperbanyak membaca Al-Qur'an terutama saat bulan Ramadhan yang penuh rahmat nantinya.

 

5.    Memperkuat Silaturrahim
Silaturrahim, atau menjalin hubungan baik dengan sesama, adalah amalan yang sangat mulia. Menyambung tali persaudaraan dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat akan membawa kedamaian dan keberkahan, serta meningkatkan rasa kebersamaan dalam menjalani hidup.

 

Dengan melaksanakan amalan-amalan tersebut, semoga diri hati dan jiwa akan dapat menyambut, songsong Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh kebahagiaan, serta dapat meraih keberkahan yang luar biasa dari Allah SWT… Aamiin.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan DI Yogayakarta

Tanggal 12 Sya’ban 1446 H/ 11 Februari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 07 Februari 2025

HATI YANG WAJAL JALAN MENJADI TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, [Surat Al-Mu'minun (23) ayat 60].

Hati yang wajal, hati yang selalu bergetar, hati yang penuh dengan ketakutan akan dosa dan kegagalan dalam memenuhi perintah Allah SWT. Hati yang wajal, yang mencerminkan kesadaran akan keterbatasan diri dan kekhawatiran bahwa amalan yang dilakukan tidak diterima oleh-Nya. Dalam Surat Al-Mukminun ayat 60, Allah SWT menggambarkan diri dengan sifat yang memberikan apa yang dimiliki dengan hati yang takut, diri ini sangat menyadari bahwa satu saat diri ini pasti akan kembali kepada-Nya. Ketakutan yang dimaksud bukanlah ketakutan yang merusak, melainkan ketakutan yang mengarahkan diri untuk senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang dapat mendekatkan kepada azab-Nya. Hati yang wajal senantiasa merasa cemas apakah amal yang dilakukan akan diterima dan menjadi jalan menuju taqwa, yang merupakan tujuan utama dalam kehidupan ini.

Penting untuk disadari bahwa setiap amal yang dilakukan akan kembali dengan izin  Allah SWT, dan kelak suatu saat diri ini akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan di hadapan-Nya. Seperti dalam Surat Al-Baqarah ayat 46 yang menjelaskan bahwa orang-orang yang yakin akan menemui Rabb-nya memiliki hati yang penuh ketakutan dan harapan yang besar. Ketika menghadapi musibah, diri  beriman dengan hati yang wajal mengucapkan "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun", sebagaimana diterangkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 156. Ini menunjukkan bahwa hati yang wajal adalah hati yang menerima segala takdir dengan penuh keikhlasan, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh ketaqwaan.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan DI Yogayakarta

Tanggal 8 Sya;ban 1446 H/ 7 Februari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Sabtu, 01 Februari 2025

HATI YANG MUKHBIT JALAN MENJADI TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

وَلِيَعْلَمَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوا۟ بِهِۦ فَتُخْبِتَ لَهُۥ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ

 

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. [Surat Al-Hajj (22) ayat 54].

 

Hati yang mukhbit, hati yang selalu tunduk dan merendah di hadapan Allah SWT, hati yang mukhbit hati yang penuh ketenangan dan sakinah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hajj ayat 54, "Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu diri yang beriman dan hatinya akan tunduk kepada-Nya." Hati yang demikian memiliki kedamaian dan ketenangan yang tidak tergoyahkan oleh berbagai tantangan dunia. Diri yang memiliki hati seperti ini akan merasakan kedamaian dalam beribadah, selalu berada dalam kondisi penuh keikhlasan dan ketundukan, tidak merasa sombong dengan ilmu yang di miliki, dan selalu menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Dalam keadaan seperti ini, diri akan senantiasa berusaha mengikuti petunjuk  dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta hidup dalam ketaqwaan yang sejati.

 

Kehidupan yang dilalui dengan hati yang mukhbit, merupakan jalan yang membawa diri menuju ketaqwaan. Ketaqwaan ini tidak hanya terlihat dalam tindakan, tetapi juga dalam ketulusan hati yang selalu merendah di hadapan Allah SWT, baik dalam kondisi senang maupun sulit. Dengan hati yang mukhbit kepada-Nya, diri akan merasa tenang dan damai dalam menjalani kehidupan. Diri hati dan jiwa yang beriman akan terus meyakini bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang hak dari Allah SWT, dari Al-Qur’an dan Sunnah diri akan mendapatkan petunjuk hidup yang lurus. Hati yang mukhbit menjadi jembatan bagi setiap diri untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT, memperkuat keimanan, dan diri akan hidup penuh dengan ketenangan (sakinah) dan kesejahteraan.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan DI Yogayakarta

Tanggal 3 Sya;ban 1446 H/ 2 Februari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta