Oleh: Yuzarion
Nueva Learning
Center adalah sekolah swasta yang menawarkan contoh kursus kecerdasan
emosional. Pembelajaran Self Science
yang ditawarkan disekolah ini sesuatu yang berbeda dengan sekolah pada umumnya.
Urutan panggilan yang tak lumrah tengah berlangsung diantara kelima belas murid
kelas lima yang duduk melingkar dengan gaya Indian dilantai. Sewaktu guru
menyebut nama mereka, murid-murid itu menjawab bukan dengan jawaban “Ada” yang
biasa berlaku disekolah, melainkan menyebutkan angka yang menunjukkan perasaan
mereka; satu berarti tidak bersemangat, sepuluh berarti amat bergairah.
Bahan pelajaran Self Science adalah perasaan-perasaan
kita sendiri dan perasaan yang muncul dalam setiap hubungan. Pokok bahasannya,
pada dasarnya, menuntut agar guru dan murid mau memusatkan perhatian pada
jalinan emosi kehidupan seorang anak, fokus jalinan emosi ini yang cendrung
diabaikan hampir disemua sekolah (Amerika).
Self Science adalah perintis
gagasan yang saat ini menyebar disekolah-sekolah dengan nama pembelajaran mulai
dari Social Development, Life Skill, sampai
Social and Emotional Learning. Beberapa
tokoh penting seperti; Gardner tentang kecerdasan ganda, menggunakan istilah personal intelligence. Benang merahnya
adalah sasaran untuk meningkatkan kadar keterampilan emosional dan sosial
kepada anak sebagai bagian dari pendidikan reguler, bukan hanya sesuatu yang
diajarkan sebagai tambal sulam kepada anak yang gagal dan yang dicap sebagai
“tukang bikin onar”, melainkan sebagai rangkaian keterampilan dan pemahaman
yang perlu bagi setiap anak.
Mata ajaran keterampilan emosional ini sedikit berkar
jauh pada gerakan pendidikan afektif pada tahun 1960-an. Pemikiran yang ada
pada waktu itu, bahwa pelajaran psikologis dan yang bersifat memotivasi akan dapat dipelajari lebih mendalam andaikan
pelajaran itu secara konseptual melibatkan pengalaman langsung tentang apa yang
sedang diajarkan. Tetapi gerakan keterampilan emosional mengubah istilah
pendidikan efektif secara terbalik, bukan menggunakan perasaan untuk mendidik,
melainkan mendidik perasaan itu sendiri.
Titik awal baru yang menyertakan
keterampilan emosional disekolah menjadikan emosi dan kehidupan sosial itu
sendiri sebagai pokok bahasan, bukannya memeperlakukan sisi-sisi paling
mencolok dalam kehidupan sehari-hari anak sebagai gangguan atau, bila sisi itu
menyebabkan guncangan, menyuruh anak menghadap guru pembimbing atau kepala
sekolah untuk ditertibkan.
Pelajaran itu sendiri sepintas lalu
tampaknya biasa-biasa saja, samasekali tidak kelihatan sebagai suatu pemecahan
terhadap masalah besar yang mereka tangani. Tetapi, ini seperti mendidik anak
dirumah, pelajaran itu diberikan sedikit demi sedikit tetapi gamblang, secara
teratur, selama periode beberapa tahun terus-menerus. Dengan demikian,
pelajaran emosional menjadi tertanam; bila satu pengalaman diulang
berkali-kali, otak memikirkannya sebagai jalur-jalur yang diperkuat,
kebiasaan-kebiasaan saraf yang akan digunakan pada saat-saat sulit, frustrasi,
sakit hati. Meskipun bahan sehari-hari dalam pelajaran keterampilan emosional,
barangkali tampak sederhana, hasilnya, manusia yang bertemperamen baik jauh
lebih penting bagi masa depan kita dari pada sebelumnya.
Hampir dua puluh tahun, kurikulum Self Scince muncul sebagai contoh
pengajaran kecerdasan emosional. Inti ajaran Self Scince memiliki kemiripan butir-demi butirnya dengan
unsur-unsur kecerdasan emosional. Topik yang diajarkan meliputi: kesadaran
diri, dalam arti mengenali perasaan dan
menyusun kosa kata untuk perasaan itu, dan melihat kaiatan antara gagasan,
perasaan, dan reaksi. Tekanan lain adalah mengelola emosi, menyadari apa yang
ada dibalik suatu perasaan dan mempelajari cara untuk menanggani kecemasan,
amarah, dan ksedihan. Kemampuan bergaul yang penting adalah empati, memahami
perasaan orang lain dan menerima sudut pandang mereka serta menghargai
perbedaan berbagai perasaan orang terhadap berbagai macam hal.
Beberapa program yang paling berhasil dalam
keterampilan emosional telah dikembangkan untuk menanggani masalah tertentu,
terutama tindak kekerasan. Salah satu kursus yang paling cepat berkembang
dibidang keterampilan emosional yang diilhami untuk pencegahan adalah Resolving Conflict Creatively Program.
Program ini memperlihatkan kepada murid bahwa meraka punya banyak pilihan untuk
menangani konflik selain diam atau menyerang. Pelajaran emosi dapat berbaur
secara wajar dalam pelajarn membaca dan menulis, kesehatan, sains, IPS, dan
mata pelajaran wajib lainnya. Pelajaran keterampilan emosional lain seperti Chil Development Project, dan Parents and Teachers Helping Students
(PATHS). Jadi pendek kata, rancangan terbaik program keterampilan emosional
adalah; dimulai sejak dini, disesuiakan dengan usia, dilangsungkan sepanjang
tahun ajaran, dan dikaitkan dengan sekolah, rumah dan masyarakat.
ULASAN TEORITIK ATAU PENERAPANNYA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
Sejak dini biasanya murid diharapkan untuk mempunyai nilai yang bagus
di sekolah. Setelah lulus, mereka diharapkan untuk mendapatkan pekerjaan yang
dapat pembantunya meraih “masa depan yang cerah” dan gaji yang tinggi. Banyak
orang tua, bahkan para guru, berpikir bahwa nilai tinggi dan lulusan sekolah
merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan dalam karier.
Kenyataan ini memang tidak dapat
disangkal. Kemampuan dan nilai akademis yang tinggi dapat membuka banyak pintu
bagi kesuksesan seseorang. Akan tetapi, kenyataannya, baik dalam dunia kerja,
pribadi, maupun proses belajar mengajar faktor ini hannya menyumbang kesuksesan 20%, sedangkan 80%
faktor lain.
Satu hal yang perlu dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, dan praktisi pendidikan merancang pendidikan (bisa sekolah)
berbasis kecerdasan emosional, karena
kecerdasan emosional (emotional intelligence) sangat penting
dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan. Pendidikan berbasis kecerdasan emosional adalah lembaga yang mempersiapkan anak didik
ke dunia nyata dengan mengajarkan mereka kemampuan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan
mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan
tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu
pada produktivitas dan bukan pada konflik.
Strategi yang dapat dimuncul dalam pendidikan berbasis kecerdasan emosional
saat ini, bukan menciptakan kelas baru atau sekolah baru, melainkan mencampurkan
pelajaran tentang keterampilan emosional dan hubungan dengan topik lain yang
sudah diajarkan. Pelajaran emosi dapat berbaur secara wajar dalam pelajaran
membaca dan menulis, kesehatan, sains, IPS dan mata pelajaran wajib lainnya.
Meskipun di sekolah sekolah New Haven, Life Skills merupakan topik tersendiri
di beberapa tingkat kelas, di tingkat kelas lain kurikulum perkembangan sosial
itu dicampur dalam mata ajaran seperti membaca atau kesehatan.
Beberapa pelajaran itu bahkan diajarkan sebagai bagian dari pelajaran
matematika-terutama keterampilan belajar dasar seperti bagaimana menyingkirkan
gangguan, menyemangati diri sendiri untuk belajar dan mengatasi godaan agar
kita dapat memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pendidikan berbasis kecerdasan
emosional yang dicantolkan dalam mata pelajaran yang ada saat ini, disusun program pembelajaran berbasis
kecerdasan emosional maka satu saat akan menterjadikan murid memiliki kecerdasan
emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu; 1) Self-awareness
(pengenalan diri) Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi
tersebut. Jadi, dia mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan
informasi untuk melakukan suatu tindakan. 2) Self-regulation (penguasaan
diri), Seseorang yang
mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat
tindakan agar lebih hati-hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsif.
Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut
menyembunyikan emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya. 3) Self-motivation
(motivasi diri),
Ketika sesuatu
berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan
emosional tinggi tidak akan bertanya “Apa yang salah dengan saya atau kita?”.
Sebaliknya ia bertanya “Apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki
masalah ini?”. 4) Empathy (empati), Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan
merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada
posisi tersebut. 5) Effective Relationship (hubungan yang efektif), Dengan adanya
empat kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain
secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih
ditekankan dan bukan pada konfrontasi yang tidak penting yang sebenarnya dapat
dihindari. Orang yang mempunyai kemampuan intelegensia emosional yang tinggi
mempunyai tujuan yang konstruktif dalam pikirannya.
______________________________________________________________
DAFTAR BACAAN
Agustian, A.G. 2007. Emotional
Spiritual Quotient. Jakarta: Arga
Publishing.
Corey, Gerald. 1982. Theory
and Practice of Counseling and Psychoterapy, Scond Edition. Monterey,
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Gardner, H. 2006. Multiple Intelligences. New Horizons
Completely Revised and Updated. New York: Basic Books.
Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence. Why it Can Matler Mur Than I.Q. New York:
Bantam Books.
Martin, A.D. 2003. Emotional
Quality Management. Jakarta: Arga
Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar