PSIKOLOGI TAQWA
Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien
[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*
إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٌۭ مُّنِيبٌۭ
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah SWT. [Surat Hud (11) ayat 75]
Hati yang munib merupakan hati yang senantiasa kembali kepada Allah SWT dengan penuh kesungguhan dan penyesalan atas segala dosa yang telah dilakukan. Dalam ranah psikologi taqwa, konsep "inabah" atau kembali kepada Allah SWT mengandung makna bahwa seorang hamba tidak hanya menyesali perbuatan dosa tetapi juga bertekad untuk berubah dan memperbaiki dirinya.
Sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Surat Hud (11:75), Nabi Ibrahim AS adalah contoh teladan bagi diri yang memiliki sifat ini; Nabi Ibrahim AS adalah diri yang penyantun, penghiba, dan selalu kembali kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Hati yang munib bukan hanya menunjukkan penyesalan, tetapi juga menunjukkan tekad untuk senantiasa menjaga hubungan dengan Allah SWT, terutama dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan memiliki hati yang munib, diri akan mampu mencapai kedudukan taqwa. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Surat Qaf (50:8), hati yang selalu kembali dan mengingat Allah SWT akan menjadi sumber kedamaian dan ketenangan. Allah SWT juga mengingatkan dalam Surat Ar-Rum (30:31) bahwa hati yang bertaubat dan takut kepada Allah SWT akan mampu menjaga diri dari perbuatan syirik dan dosa besar.
Dalam perjalanan menuju taqwa, hati yang terus-menerus melakukan taubat dan memohon ampun kepada Allah SWT akan menjadi lebih peka terhadap perintah-Nya dan lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan dunia. Taqwa buah dari kesadaran dan perbuatan hati yang tulus dalam mengharap ridha Allah SWT.
Hak Cipta © Yuzarion 2025
Amphitarium Kampus 4 UAD Yogayakarta
Tanggal 24 Rajab 1446 H/ 24 Januari 2025 H.
Salam Ana Abdoellah
*Magister Psikologi UAD Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar