Senin, 27 Januari 2025

HATI YANG BERSIH JALAN MENJADI TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

 

“(Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” [Surat Ash-Shu'ara (26) ayat 88-89].

 

Belajar dari Kisah Isra' Mi'raj Rasulullah SAW: Pada saat peristiwa Isra' Mi'raj, Rasulullah SAW mengalami perjalanan spiritual yang luar biasa. Sebelum menerima perintah untuk melaksanakan sholat lima waktu, beliau mengalami proses pembersihan hati yang sangat mendalam. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menceritakan bagaimana malaikat Jibril membelah dadanya dan membersihkannya dengan air zamzam. Peristiwa ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi setidaknya tiga kali dalam hidup beliau, dengan salah satunya terjadi saat beliau masih kecil. Hal ini menggambarkan bahwa pembersihan hati adalah langkah pertama yang harus ditempuh untuk mencapai kesucian jiwa, spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Hati yang bersih, menurut Al-Qur'an, adalah hati yang dapat menghadap Allah SWT dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Ash-Shu'ara (26:88-89): "Pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak, kecuali orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih." Oleh karena itu, proses pembersihan hati menjadi sangat penting bagi setiap diri dalam mencapai taqwa, yang merupakan tujuan akhir dalam hidup di dunia dan akhirat.

 

Peristiwa pembersihan hati Nabi Muhammad SAW ini menjadi contoh bahwa kebersihan hati adalah kunci untuk mencapai taqwa dan kesalehan dalam kehidupan. Taqwa bukan hanya tentang menjalankan kewajiban agama secara lahiriah, tetapi lebih dari itu, ia mencakup kedalaman jiwa dan spiritual yang harus tercermin dari niat dan tindakan yang ikhlas. Dengan hati yang bersih, seseorang akan lebih mudah untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Hati yang penuh dengan keikhlasan dan kesucian akan membimbing diri untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, baik dalam hubungan dengan diri, sesama manusia maupun dalam ibadah kepada Allah SWT.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan DI Yogayakarta

Tanggal 27 Rajab 1446 H/ 27 Januari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 24 Januari 2025

HATI YANG MUNIB JALAN MENJADI TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٌۭ مُّنِيبٌۭ

Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah SWT. [Surat Hud (11) ayat 75]

Hati yang munib merupakan hati yang senantiasa kembali kepada Allah SWT dengan penuh kesungguhan dan penyesalan atas segala dosa yang telah dilakukan. Dalam ranah psikologi taqwa, konsep "inabah" atau kembali kepada Allah SWT mengandung makna bahwa seorang hamba tidak hanya menyesali perbuatan dosa tetapi juga bertekad untuk berubah dan memperbaiki dirinya.

 

Sebagaimana Allah SWT sebutkan dalam Surat Hud (11:75), Nabi Ibrahim AS adalah contoh teladan bagi diri yang memiliki sifat ini; Nabi Ibrahim AS adalah diri yang penyantun, penghiba, dan selalu kembali kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Hati yang munib bukan hanya menunjukkan penyesalan, tetapi juga menunjukkan tekad untuk senantiasa menjaga hubungan dengan Allah SWT, terutama dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

 

Dengan memiliki hati yang munib, diri akan mampu mencapai kedudukan taqwa. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Surat Qaf (50:8), hati yang selalu kembali dan mengingat Allah SWT akan menjadi sumber kedamaian dan ketenangan. Allah SWT juga mengingatkan dalam Surat Ar-Rum (30:31) bahwa hati yang bertaubat dan takut kepada Allah SWT akan mampu menjaga diri dari perbuatan syirik dan dosa besar.

 

Dalam perjalanan menuju taqwa, hati yang terus-menerus melakukan taubat dan memohon ampun kepada Allah SWT akan menjadi lebih peka terhadap perintah-Nya dan lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan dunia. Taqwa buah dari kesadaran dan perbuatan hati yang tulus dalam mengharap ridha Allah SWT.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Amphitarium Kampus 4 UAD Yogayakarta

Tanggal 24 Rajab 1446 H/ 24 Januari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Jumat, 10 Januari 2025

HATI YANG SUCI JALAN MENUJU TAQWA

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًۭا يُوَٰرِى سَوْءَٰتِكُمْ وَرِيشًۭا ۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌۭ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

 

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [Surat Al-A'raf (7) ayat 26].

 

Allah SWT telah mengingatkan diri hati dan jiwa manusia. Allah SWT telah menurunkan pakaian sebagai penutup aurat, dan yang lebih utama adalah pakaian taqwa [Surat Al-A'raf (7) ayat 26]. "Pakaian taqwa" dalam ranah ini tidak hanya merujuk pada pakaian fisik, tetapi juga sebuah simbol dari hati yang suci. Hati yang suci adalah hati yang bersih dari segala dosa dan keburukan, serta terisi dengan iman dan hidayah Allah SWT. Hati yang demikian menjadikan diri senantiasa terjaga dalam ketaatan, jauh dari sifat-sifat tercela yang dapat menodai kemurnian jiwa. Pakaian taqwa menunjukkan kepada diri, bahwa kebersihan hati merupakan pakaian terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini menjadi simbol dari spiritualitas serta kesadaran ilahiyyah yang tidak hanya tercermin dalam perbuatan luar, tetapi juga dalam kedalaman hati kamilah (al-nafs al-kamilah),  kesempurnaan niat dan keikhlasan hati yang didasari oleh kesucian.

 

Hati yang suci merupakan cerminan dari ketaqwaan diri hati dan jiwa. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an, hati yang dipenuhi dengan iman, nur Ilahi, dan keikhlasan akan membuahkan sifat-sifat luhur seperti Syukur, ikhlash, tawakal, sabar, dan rendah hati. Hati yang suci terbebas dari sifat buruk seperti kesombongan, iri, dengki, dan cinta dunia. Ia terjaga dari kekufuran dan kemunafikan, serta terarah pada kepatuhan mutlak kepada Allah SWT. Oleh karena itu, menjaga kesucian hati bukan hanya kewajiban spiritual, tetapi juga merupakan jalan menuju taqwa yang sejati. Hati yang suci membentuk diri hati dan jiwa yang amanah, santun, dan penuh kasih sayang, yang senantiasa berusaha untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, bahkan pada tingkat kesempurnaan jiwa (al-nafs al-kamilah) akhirat menjadi perioritas utama. Dengan demikian, hati yang suci menjadi kunci utama untuk meraih kehidupan yang penuh keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan Kotagede, DI Yogayakarta

Tanggal 10 Rajab 1446 H/ 10 Januari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta