Oleh: DR. Yuzarion Zubir, M.Psi.
Dosen Psikologi Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat
Semangat membangun pemimpin berkarakter, menjadi
kerinduan yang amat mendalam. Seiring dengan bergulirnya era reformasi 1997.
Sampai hari ini, semangat itu tidak pernah pudar.
Semangat menghadirkan pemimpin
berkarakter terus bergulir. Sebab, pembangunan karakter merupakan amanat Pancasila dan Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.
Pemerintahan, pada 2010 telah menetapkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Bahkan, pendidikan karakter, dijadikan sebagai program prioritas pemerintahan dalam pembangunan nasional.
Pemerintahan, pada 2010 telah menetapkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Bahkan, pendidikan karakter, dijadikan sebagai program prioritas pemerintahan dalam pembangunan nasional.
Semangat membangun karakter
bangsa itu, tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025.
Berkaitan dengan semangat
membangun karakter bangsa dalam RPJPN itu. Pada lembaga pendidikan (sekolah dan
pendidikan tinggi). Ruh pendidikan karakter, telah ada pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas
RI 20/2003). Seperti yang tertuang pada Bab II, Pasal 3 berikut:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia.
Salah satu kata kunci,
pendidikan karakter itu ada pada kata
berakhlak mulia. Hemat penulis, ini merupakan esensi dari wujud membangun pemimpin
berkarakter itu.
Wujud pemimpin berkarakter ada pada pemimpin yang berkarakter mulia (berakhlak
mulia).
Membangun pendidikan karakter
di lembaga pendidikan (sekolah maupun pendidikan tinggi), tidak bisa, hanya
diajarkan pada tataran teori dan konsep. Hari ini diajarkan teori
dan konsep jujur, lalu besok
langsung menjadi orang jujur. Ini sesuatu yang mustahil.
Membangun pendidikan karakter
harus lahir dari keteladanan berperilaku, perbuatan nyata, bukan sandiwara. Sepanjang hari dan waktu, setiap rentang nafas kehidupan dan pendidikan.
Untuk hal yang seperti ini, siapakah
yang bertanggung jawab membangun pendidikan karakter itu?
Di PT, tentu para dosen dan
pimpinan. Disinilah sosok pemimpin berkarakter itu sangat dirindukan. Kehadiran sosok pemimpin PT, sekelas;
Musliar Kasim (UNAND), Ikhlasul Amal (UGM), Muhadjir Effendy (UMM) dan Imam
Suprayogo (UIN Malang).
Sedangkan pada lembaga
pemerintahan, sosok Mahyeldi (Padang), Ridwan Kamil (Bandung), Risma
(Surabaya), Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), dan M. Zainul Majdi (NTB). Mereka dipandang,
sebagai sosok pemimpin berkarakter, yang telah mewariskan nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia .
Kehadiran mereka sebagai
pemimpin, sudah menjadi penyejuk, terasa mendapatkan obat, dikala sakit, hembusan angin yang membawa
perubahan. Mereka hadir, disaat Bangsa ini mengalami krisis kepemimpinan yang amat
memprihatinkan.
Tidak sedikit pemimpin bangsa
dan PT di Indonesia, tersandung masalah hukum, seperti korupsi dan narkoba.
Beberapa guru besar (profesor) dan doktor, pernah diberhentikan dengan tidak
hormat. Dicabut hak akademiknya, karena kasus plagiat (penciplakan karya orang, dijadikan seolah-olah karya sendiri).
Dilembaga pemerintahan, tidak
sedikit jumlahnya, bisa ratusan, bahkan mungkin ribuan. Para pemimpin
tersandung masalah tahta, harta,
dan wanita. Korupsi
meraja lela, narkoba
luar biasa, prostitusi
tak terhingga, dan
sebagainya. Dengan krisis kepemimpinan itu, membuat Negeri ini semakin
terpuruk.
Mencoba mengevaluasi
permasalahan itu. Sudah seharusnya pimpinan, baik pimpinan PT maupun pimpinan pemerintahan berbenah
diri.
Khusus pimpinan PT, dalam hal
ini pimpinan PTS, sudah saatnya membuat terobosan, mempercepat PTS bergerak
menuju pada kepemimpinan berkarakter.
Termasuk PTS di bawah
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) Wilayah X, Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Salah
satunya STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sebagai Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) tertua dan terbesar di Kopertis Wilayah X, STKIP
PGRI Sumatera Barat telah meluluskan 15 ribu lebih sarjana pendidikan. LPTK ini
sesungguhnya diperhitungkan keberadaannya di antara 200 lebih PTS di Kopertis
Wilayah X. Apalagi didukung dengan jajaran pimpinannya berkarakter mulia.
Rotasi kepemimpinan di STKIP
PGRI Sumbar akan segera bergulir seiring berakhirnya masa jabatan pada April
2016. Wacana pemilihan dan perbincangan untuk melahirkan pimpinan berkarakter,
terus berhembus dari keluarga besar civitas akademika.
Mulai dari mahasiswa, karyawan,
dan para dosen. Bahkan di level pimpinan program studi, dan unit, serta di
tingkat pimpinan institusi.
Seluruh civitas akademika layak
mengharapkan yang terbaik, yakni lahirnya kepemimpinan yang berkarakter dan
dapat membawa perubahan. LPTK ini yang tercatat dengan mahasiswa terdaftar saat
ini sebanyak 9.108 (BAAK STKIP PGRI Sumbar 19/3), PTS ini membutuhkan figur
kepemimpinan yang berkarakter.
PTS ini juga memiliki 269
dosen, dengan kualifikasi, 12 orang berpendidikan doktor dan selebihnya
magister (S2). Berarti kualifikasi dosen telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan Kemenristek Dikti. Sudah barang tentu seluruh dosen, juga menjadi
referensi dan rujukan dalam membangun pendidikan karakter di PTSnya.
Sebagai PTS yang mencetak
tenaga keguruan dan ilmu pendidikan tertua dan terbesar di Kopertis Wilayah X,
seluruh civitas akademika diyakini sudah siap untuk berkompetisi dengan cerdas
dan terbuka, dalam pesta demokrasi pemilihan pimpinan perguruan tinggi ini.
Hemat penulis, siapa pun yang
akan duduk di pucuk pimpinan, tidak terlalu dipermasalahkan. Yang penting
terpilih secara demokrasi yang adil, dan lebih penting lagi mampu membawa
perubahan memenuhi harapan seluruh civitas akademika.
Salah satu harapan besar itu
adalah lahir pemimpin yang berkarakter di STKIP PGRI Sumbar. Harapan besar ini
memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk diwujudkan, namun dengan kerja keras
yang didukung kepemimpinan yang andal, bukan pula sesuatu yang sulit.
Sebagai PTS tertua dan terbesar,
mencetak tenaga guru, STKIP PGRI Sumbar tentu selalu berada digarda terdepan, pelopor
pendidikan karakter. Sudah seharus, yang akan memimpin STKIP PGRI Sumbar
kedepan, adalah pemimpin berkarakter.
Pemimpin berkarakter dimaksud. Yakni
pemimpin yang mewarisi sifat-sifat mulia, kepemimpinan Rasulullah SAW. Pertama,
pemimpin berkarakter shiddiq. Shiddiq artinya benar, benar dalam ucapan dan
perkataan, serta perbuatan dan perilaku, perbuatan sejalan dengan ucapannya.
PTS sangat butuh pemimpin
berkarakter siddiq. Banyak pimpinan PTS yang tersandung masalah ini. Mulai dari
permasalah mahasiswa. Mahasiswa nya ada, kampus dan dosenya tidak jelas, serta
deretan permasalah lain, baik dalam berbuat, berkata, dan berperilaku yang tidak benar lain. Tentu
hal ini tidak akan pernah terjadi. Apabila pimpinan PTSnya berkarakter shiddiq.
Kedua pemimpin berkarakter
amanah. Adalah pemimpin yang mau menjaga kepercayaan yang diberikan padanya, pemimpin
yang melindunggi dan mensejahterakan bawahan tanpa kecuali, tidak pilih kasih
dan kisah. Pemimpin berkarakter amanah adalah mereka pemimpin berkepribadian
jujur, berlaku adil serta bijaksana dalam bertindak dan memutuskan.
Pemimpin berkarakter amanah
membuat bawahannya merasa aman dan nyaman. Menciptakan lingkungan yang tentram
(kondusif), tidak membuat bawahan terpecah belah belah dan merasa takut. Pemimpin
yang berkarakter amanah memberikan harapan baik kepada seluruh civitas
akademika dan berusaha mewujudkan harapan itu.
Pemimpin berkarakter amanah
memimpin dengan hati dan keyakinan. Sifat amanah lahir dari keyakinan yang
teguh dan keimanan yang kokoh. Pemimpin berkarakter amanah adalah pemimpin kuat
yang imannya lahir dan batin.
Pemimpin yang berkarakter
amanah adalah pemimpin yang taat beribadah, baik ibadah wajib, maupun ibadah-ibadah sunat. Shalatnya tepat pada waktu dan tentu lebih mengutamakan
shalat berjemaah.
Pemimpin berkarakter amanah
lebih mengutakan panggilan Tuhannya (Allah SWT), dari pada panggilan duniawi.
Sehingga mereka menjadi pemimpin yang bertaqwa. Allah SWT mencintai pemimpin
berkarakter amanah. Merekapun, pemimpin berkarakter amanah itu mencintai Allah
SWT dengan sepenuh hati. Tentu pemimpin berkarakter amanah seperti ini, yang
dibutuhkan PTS untuk menjadi lebih besar dan melangkah lebih maju.
Ketiga pemimpin berkarakter fathanah. Adalah cerdas. Mustahil pemimpin bukan dari
orang-orang yang cerdas. Pemimpin berkarakter cerdas, adalah pemimpin yang
mampu mengasah pikirannya dengan tajam (benar), menata perilakunya dengan
tepat, dan mengelola suasana batinnya (hati) dengan sempurna.
Inilah yang akan menjadi nilai tambah,bagi pemimpin berkarakter cerdas itu.
Berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para pemimpin besar lainnya di
PTS Kopertis Wilayah X, mapun dengan PTN di Sumatera Barat.
Keempat pemimpin berkarakter tabligh. Tabligh artinya menyampaikan.
Makna yang dapat dipetik dari pemimpin berkarakter tabligh adalah pemimpin yang
mau membuka komunikasi yang baik dengan seluruh civitas akademika PTS.
Pemimpin berkarakter tablihg, mereka mau membuka komunikasi dua arah, bukan
hanya komunikasi satu arah. Tidak hanya komunikasi perintah atau instruksi, tapi
ada umpan balik dan komunikasi timbal
balik yang bisa dibangun bersama untuk memajukan PTS.
Membagun
pemimpin berkarakter, semua akan bisa
tercapai, apabila seluruh civitas akademika bersatu padu dalam satu hati
kepemimpinan berkarakter. Pemimpin berkarakter itu lah yang akan dapat
mengayomi seluruh civitas akademika dan elemen terkait.
Pemimpin berkarakter tidak akan
mengecilkan bagian yang lain. Bahkan meniadakannya. Tidak ada lagi bagian yang
tersakiti, sehingga mengganggu kinerja kepemimpinan itu sendiri.
Sekarang harapan itu terbuka
lebar di depan mata. Gerbang perubahan dan harapan baru itu sudah dekat. Kampus
ini menunggu pemimpin berkarakter mulia (berakhlak mulia), yang akan membawa ke
arah kampus yang lebih mandiri dengan tata kelola yang baik dan terukur.
Selamat berdemokrasi.(*)
*Terbit
di Singgalang Edisi Rabu 6 April 2016 M/28 Jumadil Akhir 1437 H, hal. 9A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar