Jumat, 23 Mei 2025

Idul Adha Raih Ridha dan Keberkahan

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

Idul Adha merupakan momen agung dalam Islam yang mengandung dimensi spiritual mendalam: pelaksanaan ibadah haji, shalat Idul Adha, dan ibadah qurban.

Namun dewasa ini, nilai qurban mulai mengalami pergeseran; dari pengorbanan spiritual menjadi seremoni sosial yang kerap berujung pada ‘pesta bagi-bagi daging’.

Padahal, dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-2, Allah Swt menegaskan pentingnya qurban sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat-Nya:

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” Qurban bukan semata ritual fisik, melainkan wujud pengabdian, ketundukan, dan latihan melepaskan ego duniawi.

Dengan berqurban, seseorang membangun kesadaran sosial, empati terhadap sesama, serta spiritualitas yang mendalam.

Rasulullah Saw memberikan teladan luhur dalam berqurban. Beliau hanya mengambil sedikit untuk dikonsumsi sepotong hati, selebihnya disedekahkan kepada fakir miskin.

Bahkan beliau melarang memberi bagian qurban kepada penyembelih sebagai upah. Ini menunjukkan bahwa inti qurban bukan pada dagingnya, melainkan pada keikhlasan dan taqwa.

Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 37, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah Swt, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Idul Adha momentum meraih ridha dan keberkahan-Nya bukan melalui pesta daging, tapi lewat keikhlasan berbagi dan ketundukan kepada-Nya.

Filosofi ikhlas tercermin dalam Surat Al-Ikhlas: meski kata "ikhlas" tak disebut, maknanya meresap dalam keesaan dan ketulusan mengabdi hanya kepada Allah Swt.

Seperti buang hajat yang tuntas, ikhlas berarti melepaskan beban hati tanpa penyesalan, tenang, damai, dan benar-benar selesai, hanya berharap Ridha Allah Swt.

 

Maguwoharjo, Sleman DI Yogayakarta

Tanggal 25 Dzulqaidah 1446 H/ 24 Mei 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta


Senin, 19 Mei 2025

Berqurban Menjadi Mulia

 

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah Swt, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Swt telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah Swt terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. [Surat Al-Hajj (22) ayat 37].

 

Jagal Bersertifikat:

Jaringan Jagal Indonesia – Rangkaian Event Jagal Fest 2025.

Pelaksanaan ibadah qurban di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan mendasar, terutama dalam aspek penyembelihan yang kurang memenuhi standar halal dan ikhsan.

Meskipun banyak jagal telah melakukan penyembelihan secara halal, masih sering dijumpai praktik yang tidak memperhatikan aspek kasih sayang dan teknik yang benar terhadap hewan.

Pisau yang kurang tajam, perlakuan kasar, serta cara merubuhkan sapi yang menyiksa sering menjadi pemandangan umum. Pada akhirnya sapi menjadi stress.

Sapi yang mengalami stres sebelum disembelih akan menunjukkan tanda-tanda seperti ekor yang bergerak-gerak, kencing atau buang air besar secara tiba-tiba, hingga bersuara keras seperti menjerit-jerit ketakutan, semua ini menunjukkan bahwa aspek ikhsan belum dipenuhi.

Padahal Rasulullah Saw telah menegaskan dalam hadis shahih bahwa penyembelihan harus dilakukan dengan setajam-tajamnya pisau dan secepat-cepatnya proses agar hewan tidak menderita.

Jagal Fest 2025 hadir sebagai bagian dari gerakan Jaringan Jagal Indonesia untuk menjawab kebutuhan akan penyembelih hewan qurban yang profesional, terlatih, dan bersertifikat.

Dengan pendekatan berbasis syariat dan standar kompetensi kerja nasional (SKNNI), event ini menghadirkan pelatihan praktis seperti manajemen qurban dan tim penyembelihan, pengenalan pisau dan teknik mengasah, fiqh qurban dengan fokus sembelih halal dan ikhsan, serta praktek lapangan seperti asah bilah dan teknik debogan (merubuhkan sapi dengan benar).

Tujuan utama dari program ini adalah memastikan ibadah qurban tidak hanya sah secara hukum Islam, tetapi juga membawa nilai ketaqwaan yang mendalam sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 37.

Melalui pelatihan ini, peserta akan dipersiapkan menjadi jagal profesional yang mampu menyembelih hewan dengan memperhatikan syariat Islam secara utuh halal secara hukum, dan ikhsan secara ruhani.

Mari bergabung bersama Relawan Jaringan Jagal Indonesia dan jadilah bagian dari perubahan menuju penyembelihan qurban yang beradab, sesuai Qur’an dan Sunnah.

Jagal bukan sekadar profesi, melainkan amanah untuk mengantar qurban dari para shahibul menuju ketaqwaan, ketaqwaan diri, hati dan jiwa.

 

 

Pilahan Koto Gadang, DI Yogayakarta

Tanggal 21 Zuqaidah 1446 H/ 19 Mei 2025 H.

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta

Minggu, 02 Maret 2025

PSIKOLOGI TAQWA MENGHADIRKAN DIRI HATI DAN JIWA MUTTAQIEN

 [Ust. Ana Abdoellah Yuzarion Katiek Bungsu Bin Zubir]

 

Marhaban ya Ramadhan. Ramadhan merupakan jalan terbaik yang dilalui umat Islam untuk meraih derajat taqwa, kualitas ketaqwaan yang diridhai Allah SWT. Dalam Surat Al-Baqarah (2:183), Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa." Taqwa adalah tujuan utama yang Allah SWT kehendaki bagi setiap hamba-Nya. Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi merupakan momen untuk memilih jalan taqwa sebagai satu-satunya jalan yang diridhai-Nya.

Dalam Surat Asy-Syam (91:7-10), Allah SWT mengilhamkan pada jiwa manusia dua pilihan yang sangat jelas: jalan kesesatan dan jalan taqwa. Pilihan tegas ini menunjukkan bahwa jalan taqwa adalah jalan yang harus dipilih, sedangkan jalan kesesatan hanya akan membawa kerugian. Ramadhan bulan suci, diri hati yang berikhtiar mensucikan jiwanya dan memilih taqwa akan meraih kebahagiaan, sementara yang mengotorinya akan mengalami kerugian yang besar.

Penting untuk memahami bahwa jalan taqwa adalah satu-satunya jalan yang dapat membawa diri kepada kebahagiaan sejati dan mendapatkan ridha Allah SWT. Seperti yang tercantum dalam Surat Al-Fatihah (1:6-7), "Tunjukilah kami jalan yang lurus (jalan taqwa), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri rahmad kepadanya; bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat." Jalan kesesatan bukanlah pilihan bagi seorang Muslim sejati, karena itu hanya akan membawa diri hati dan jiwa kepada kehancuran. Jalan kesesatan hadir sebagai pengingat, sebagai motivasi terbesar bagi seorang mukmin untuk berusaha sekuat tenaga menghadirkan hati dan jiwa yang muttaqien, jiwa yang selalu mengikuti petunjuk-Nya dan menjauhi godaan kesesatan. Hanya dengan memilih jalan taqwa, seorang hamba dapat merasakan kedamaian sejati yang datang dari kedekatannya dengan Allah SWT.

 

Pilahan Koto Gadang, DI Yogayakarta

Tanggal 01 Ramadhan 1446 H/ 01 Maret 2025 H.

Selasa, 11 Februari 2025

BERBAHAGIA SONSONG RAMADHAN 1446 H

PSIKOLOGI TAQWA

Menghadirkan Diri Hati Dan Jiwa Muttaqien

[Ust. Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Psi., M.Si.]*

 

 يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, [Surat Al-Baqarah (2) ayat 183].

 

Ramadhan 1446 H tinggal menghitung hari. Tradisi songsong bulan suci Ramadhan, perlu diperkuat dengan beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan ibadah, memperbaiki diri hati dan jiwa. Berikut langkah-langkah yang dapat membantu diri agar meraih kebahagiaan dalam bulan yang penuh berkah tersebut:

 

1.    Menyempurnakan Puasa Tahun Lalu yang Belum Selesai
Bagi setiap diri yang belum menyelesaikan puasa tahun lalu karena alasan tertentu, seperti sakit atau haid, disarankan untuk segera mengganti puasa tersebut. Hal ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai bentuk penyempurnaan ibadah yang telah tertunda.

 

2.    Bermaaf-maafan
Salah satu tradisi yang baik dilakukan menjelang Ramadhan adalah saling bermaaf-maafan, terutama antara anak dan orangtua, serta sesama kerabat. Bermaaf-maafan membantu membersihkan hati dari dendam dan kesalahan, serta mempererat hubungan keluarga dan sosial.

 

3.    Memperbanyak Puasa Sunah
Di waktu yang masih ada menjelang Ramadhan, diri dapat berlatih menjalankan puasa sunah seperti puasa Senin Kamis dan puasa Daud (satu hari puasa, satu hari berbuka) sangat dianjurkan untuk meningkatkan ketaqwaan. Puasa ini tidak hanya menambah pahala, tetapi juga memperkuat spiritualitas diri hati dan jiwa dalam mempersiapkan diri songsong Ramadhan 1446 H.

 

4.    Memperbanyak Membaca Al-Qur'an
Melatih memperbanyak membaca Al-Qur'an, belajar, mendalami, serta mengamalkan Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Memahami makna Al-Qur'an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan kedamaian dan keberkahan, terutama akan memperkuat dan memudahkan diri memperbanyak membaca Al-Qur'an terutama saat bulan Ramadhan yang penuh rahmat nantinya.

 

5.    Memperkuat Silaturrahim
Silaturrahim, atau menjalin hubungan baik dengan sesama, adalah amalan yang sangat mulia. Menyambung tali persaudaraan dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat akan membawa kedamaian dan keberkahan, serta meningkatkan rasa kebersamaan dalam menjalani hidup.

 

Dengan melaksanakan amalan-amalan tersebut, semoga diri hati dan jiwa akan dapat menyambut, songsong Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh kebahagiaan, serta dapat meraih keberkahan yang luar biasa dari Allah SWT… Aamiin.

 

Hak Cipta © Yuzarion 2025

 

Kampung Pilahan DI Yogayakarta

Tanggal 12 Sya’ban 1446 H/ 11 Februari 2025 H.

 

Salam Ana Abdoellah

*Magister Psikologi UAD Yogyakarta