Kamis, 07 April 2016

Membangun Pemimpin Berkarakter PTS*

Oleh: DR. Yuzarion Zubir, M.Psi.

Dosen Psikologi Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat

Semangat membangun pemimpin berkarakter, menjadi kerinduan yang amat mendalam. Seiring dengan bergulirnya era reformasi 1997. Sampai hari ini, semangat itu tidak pernah pudar.

Semangat menghadirkan pemimpin berkarakter terus bergulir. Sebab, pembangunan karakter merupakan amanat Pancasila dan Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.
Pemerintahan, pada 2010 telah menetapkan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Bahkan, pendidikan karakter, dijadikan sebagai program prioritas pemerintahan dalam pembangunan nasional.
Semangat membangun karakter bangsa itu, tertuang dalam  Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025.
Berkaitan dengan semangat membangun karakter bangsa dalam RPJPN itu. Pada lembaga pendidikan (sekolah dan pendidikan tinggi). Ruh pendidikan karakter, telah ada pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas RI 20/2003). Seperti yang tertuang pada Bab II, Pasal 3 berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.
Salah satu kata kunci, pendidikan karakter itu ada pada  kata berakhlak mulia. Hemat penulis, ini merupakan esensi dari wujud membangun pemimpin berkarakter itu. Wujud pemimpin berkarakter ada pada pemimpin yang berkarakter mulia (berakhlak mulia).
Membangun pendidikan karakter di lembaga pendidikan (sekolah maupun pendidikan tinggi), tidak bisa, hanya diajarkan pada tataran teori dan konsep. Hari ini diajarkan teori dan konsep jujur, lalu besok langsung menjadi orang jujur. Ini sesuatu yang mustahil.
Membangun pendidikan karakter harus lahir dari keteladanan berperilaku, perbuatan nyata, bukan sandiwara. Sepanjang hari dan waktu, setiap rentang nafas kehidupan dan pendidikan.
Untuk hal yang seperti ini, siapakah yang bertanggung jawab membangun pendidikan karakter itu?
Di PT, tentu para dosen dan pimpinan. Disinilah sosok pemimpin berkarakter itu sangat dirindukan. Kehadiran sosok pemimpin PT, sekelas; Musliar Kasim (UNAND), Ikhlasul Amal (UGM), Muhadjir Effendy (UMM) dan Imam Suprayogo (UIN Malang).
Sedangkan pada lembaga pemerintahan, sosok Mahyeldi (Padang), Ridwan Kamil (Bandung), Risma (Surabaya), Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), dan M. Zainul Majdi (NTB). Mereka dipandang, sebagai sosok pemimpin berkarakter, yang telah mewariskan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia .
Kehadiran mereka sebagai pemimpin, sudah menjadi penyejuk, terasa mendapatkan obat, dikala sakit, hembusan angin yang membawa perubahan. Mereka hadir, disaat Bangsa ini mengalami krisis kepemimpinan yang amat memprihatinkan.
Tidak sedikit pemimpin bangsa dan PT di Indonesia, tersandung masalah hukum, seperti korupsi dan narkoba. Beberapa guru besar (profesor) dan doktor, pernah diberhentikan dengan tidak hormat. Dicabut hak akademiknya, karena kasus plagiat (penciplakan karya orang, dijadikan seolah-olah karya sendiri).
Dilembaga pemerintahan, tidak sedikit jumlahnya, bisa ratusan, bahkan mungkin ribuan. Para pemimpin tersandung masalah tahta, harta, dan wanita. Korupsi meraja lela, narkoba luar biasa, prostitusi tak terhingga, dan sebagainya. Dengan krisis kepemimpinan itu, membuat Negeri ini semakin terpuruk.
Mencoba mengevaluasi permasalahan itu. Sudah seharusnya pimpinan, baik pimpinan  PT maupun pimpinan pemerintahan berbenah diri.
Khusus pimpinan PT, dalam hal ini pimpinan PTS, sudah saatnya membuat terobosan, mempercepat PTS bergerak menuju pada kepemimpinan berkarakter.
Termasuk PTS di bawah Koordinasi  Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah X, Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Salah satunya STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) tertua dan terbesar di Kopertis Wilayah X, STKIP PGRI Sumatera Barat telah meluluskan 15 ribu lebih sarjana pendidikan. LPTK ini sesungguhnya diperhitungkan keberadaannya di antara 200 lebih PTS di Kopertis Wilayah X. Apalagi didukung dengan jajaran pimpinannya berkarakter mulia.
Rotasi kepemimpinan di STKIP PGRI Sumbar akan segera bergulir seiring berakhirnya masa jabatan pada April 2016. Wacana pemilihan dan perbincangan untuk melahirkan pimpinan berkarakter, terus berhembus dari keluarga besar civitas akademika.
Mulai dari mahasiswa, karyawan, dan para dosen. Bahkan di level pimpinan program studi, dan unit, serta di tingkat pimpinan institusi.
Seluruh civitas akademika layak mengharapkan yang terbaik, yakni lahirnya kepemimpinan yang berkarakter dan dapat membawa perubahan. LPTK ini yang tercatat dengan mahasiswa terdaftar saat ini sebanyak 9.108 (BAAK STKIP PGRI Sumbar 19/3), PTS ini membutuhkan figur kepemimpinan yang berkarakter.
PTS ini juga memiliki 269 dosen, dengan kualifikasi, 12 orang berpendidikan doktor dan selebihnya magister (S2). Berarti kualifikasi dosen telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Kemenristek Dikti. Sudah barang tentu seluruh dosen, juga menjadi referensi dan rujukan dalam membangun pendidikan karakter di PTSnya.
Sebagai PTS yang mencetak tenaga keguruan dan ilmu pendidikan tertua dan terbesar di Kopertis Wilayah X, seluruh civitas akademika diyakini sudah siap untuk berkompetisi dengan cerdas dan terbuka, dalam pesta demokrasi pemilihan pimpinan perguruan tinggi ini.
Hemat penulis, siapa pun yang akan duduk di pucuk pimpinan, tidak terlalu dipermasalahkan. Yang penting terpilih secara demokrasi yang adil, dan lebih penting lagi mampu membawa perubahan memenuhi harapan seluruh civitas akademika.
Salah satu harapan besar itu adalah lahir pemimpin yang berkarakter di STKIP PGRI Sumbar. Harapan besar ini memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk diwujudkan, namun dengan kerja keras yang didukung kepemimpinan yang andal, bukan pula sesuatu yang sulit.
Sebagai PTS tertua dan terbesar, mencetak tenaga guru, STKIP PGRI Sumbar tentu selalu berada digarda terdepan, pelopor pendidikan karakter. Sudah seharus, yang akan memimpin STKIP PGRI Sumbar kedepan, adalah pemimpin berkarakter.
Pemimpin berkarakter dimaksud. Yakni pemimpin yang mewarisi sifat-sifat mulia, kepemimpinan Rasulullah SAW. Pertama, pemimpin berkarakter shiddiq. Shiddiq artinya benar, benar dalam ucapan dan perkataan, serta perbuatan dan perilaku, perbuatan sejalan dengan ucapannya.
PTS sangat butuh pemimpin berkarakter siddiq. Banyak pimpinan PTS yang tersandung masalah ini. Mulai dari permasalah mahasiswa. Mahasiswa nya ada, kampus dan dosenya tidak jelas, serta deretan permasalah lain, baik dalam berbuat, berkata, dan berperilaku yang tidak benar lain. Tentu hal ini tidak akan pernah terjadi. Apabila pimpinan PTSnya berkarakter shiddiq.
Kedua pemimpin berkarakter amanah. Adalah pemimpin yang mau menjaga kepercayaan yang diberikan padanya, pemimpin yang melindunggi dan mensejahterakan bawahan tanpa kecuali, tidak pilih kasih dan kisah. Pemimpin berkarakter amanah adalah mereka pemimpin berkepribadian jujur, berlaku adil serta bijaksana dalam bertindak dan memutuskan.
Pemimpin berkarakter amanah membuat bawahannya merasa aman dan nyaman. Menciptakan lingkungan yang tentram (kondusif), tidak membuat bawahan terpecah belah belah dan merasa takut. Pemimpin yang berkarakter amanah memberikan harapan baik kepada seluruh civitas akademika dan berusaha mewujudkan harapan itu.
Pemimpin berkarakter amanah memimpin dengan hati dan keyakinan. Sifat amanah lahir dari keyakinan yang teguh dan keimanan yang kokoh. Pemimpin berkarakter amanah adalah pemimpin kuat yang imannya lahir dan batin.
Pemimpin yang berkarakter amanah adalah pemimpin yang taat beribadah, baik ibadah wajib, maupun ibadah-ibadah sunat. Shalatnya tepat pada waktu dan tentu lebih mengutamakan shalat berjemaah.
Pemimpin berkarakter amanah lebih mengutakan panggilan Tuhannya (Allah SWT), dari pada panggilan duniawi. Sehingga mereka menjadi pemimpin yang bertaqwa. Allah SWT mencintai pemimpin berkarakter amanah. Merekapun, pemimpin berkarakter amanah itu mencintai Allah SWT dengan sepenuh hati. Tentu pemimpin berkarakter amanah seperti ini, yang dibutuhkan PTS untuk menjadi lebih besar dan melangkah lebih maju.
Ketiga pemimpin berkarakter fathanah. Adalah cerdas. Mustahil pemimpin bukan dari orang-orang yang cerdas. Pemimpin berkarakter cerdas, adalah pemimpin yang mampu mengasah pikirannya dengan tajam (benar), menata perilakunya dengan tepat, dan mengelola suasana batinnya (hati) dengan sempurna.
Inilah yang akan menjadi nilai tambah,bagi pemimpin berkarakter cerdas itu. Berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para pemimpin besar lainnya di PTS Kopertis Wilayah X, mapun dengan PTN di Sumatera Barat.
Keempat pemimpin berkarakter tabligh. Tabligh artinya menyampaikan. Makna yang dapat dipetik dari pemimpin berkarakter tabligh adalah pemimpin yang mau membuka komunikasi yang baik dengan seluruh civitas akademika PTS.
Pemimpin berkarakter tablihg, mereka mau membuka komunikasi dua arah, bukan hanya komunikasi satu arah. Tidak hanya komunikasi perintah atau instruksi, tapi ada umpan balik dan komunikasi timbal balik yang bisa dibangun bersama untuk memajukan PTS.
Membagun pemimpin berkarakter, semua akan bisa tercapai, apabila seluruh civitas akademika bersatu padu dalam satu hati kepemimpinan berkarakter. Pemimpin berkarakter itu lah yang akan dapat mengayomi seluruh civitas akademika dan elemen terkait.
Pemimpin berkarakter tidak akan mengecilkan bagian yang lain. Bahkan meniadakannya. Tidak ada lagi bagian yang tersakiti, sehingga mengganggu kinerja kepemimpinan itu sendiri.
Sekarang harapan itu terbuka lebar di depan mata. Gerbang perubahan dan harapan baru itu sudah dekat. Kampus ini menunggu pemimpin berkarakter mulia (berakhlak mulia), yang akan membawa ke arah kampus yang lebih mandiri dengan tata kelola yang baik dan terukur. Selamat berdemokrasi.(*)


*Terbit di Singgalang Edisi Rabu 6 April 2016 M/28 Jumadil Akhir 1437 H, hal. 9A